Kamis, 26 Desember 2019

Adakah Sobat Jogja yang Mengabadikan Fenomena Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019

Beginilah yang sebenarnya yang terjadi siang ini di Paser, Kalimantan Timur Foto karya
Ahmad Muchroni


Beginilah yang sebenarnya yang terjadi siang ini di Paser, Kalimantan Timur Foto karya Ahmad Muchroni

Warga Yogyakarta dan sejumlah wisatawan berbondong-bondong melihat Gerhana Matahari Sebagian di Alun-alun Utara dan di depan Masjid Kauman, Kamis (26/12/2019). Mereka memanfaatkan tujuh teropong yang dibawa komunitas Jogja Astro Club (JAC) untuk melihat fenomena alam Gerhana Matahari Cincin yang melewati tujuh provinsi di Indonesia ini.
Warga dan wisatawan juga bisa melihat gerhana dengan menggunakan 20 kacamata matahari yang disediakan komunitas. Selain itu mereka pun bisa menikmati gerhana mengunakan 10 filter solar yang digantung.


Meski sempat tertutup awan, fenomena terhalangnya matahari oleh bulan sejak pukul 10.56 WIB tersebut bisa terlihat beberapa kali hingga puncaknya pada pukul 12.47 WIB. Gerhana Matahari Cincin di wilayah Yogyakarta ini berakhir pada pukul 14.28 WIB.
Ketua Komunitas JAC, Agung Laksana di sela pengamatan mengungkapkan, DIY tidak mengalami Gerhana Matahari Cincin penuh namun sebagian karena bukan merupakan wilayah yang terlewati antumbra.
Ia menjelaskan hanya tujuh kota seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang bisa menikmati Gerhana Matahari Cincin utuh.
"Kalau Jogja merupakan wilayah yang terlewati penumbra sehingga hanya bisa melihat gerhana matahari sebagian," jelasnya.
Fenomena langka Gerhana Matahari total ini, menurut Agung baru bisa kembali dilihat pada April 2023 mendatang. Namun hanya Indonesia bagian Timur seperti Kupang, Maluku dan Papua Barat yang bisa merasakan fenomena tersebut.
Gerhana Matahari Cincin paling lama berada di Selat Panjang, Riau yang terjadi selama 3 menit 38,9 detik dengan magnitudo gerhana 0,984. Sedangkan warga di DIY dan sekitarnya hanya dapat mengamati Gerhana Matahari Sebagian dari Gerhana Matahari Cincin sekitar 65,62 persen.
"Meski sebagian, fenomena gerhana matahari di Jogja bisa dinikmati karena sangat indah," ungkapya.
Agung menambahkan, komunitas tersebut secara kontinyu memang melakukan pengamatan fenomena matahari, termasuk gerhana setiap minggunya. Data-data tersebut kemudian dipublikasikan ke masyakarat luas.
"Kami ingin ikut berperan mengedukasi masyarakat untuk tahu fenomena alam agar masyarakat lebih paham dan menyadari bermacam fenomena ini," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi
SuaraJogja.id
 



Sabtu, 07 Desember 2019

Lokasi yang Harus Dihindari Saat Musim Hujan

Ilustrasi petir. (Foto: Istimewa)


Selain banjir, Anda juga patut mewaspadai petir karena bisa berakibat fatal. Petir cenderung memilih tempat yang terbuka sebagai obyek sambarannya sehingga masyarakat perlu waspada saat beraktivitas di sana.

Selain tempat terbuka, petir juga cenderung memilih obyek yang tinggi dan tonjolan di permukaan bumi. “Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon, dan tonjolan bisa berupa bukit atau gunung maupun manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka,” kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El Tari Agung Sudiono Abadi.

Artinya, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, maupun berlayar di atas kapal di lautan terbuka, dapat berpotensi menjadi obyek yang rawan disambar petir, katanya.
Petir, katanya, akan menyambar semuanya tanpa memilih-milih dan dapat menyambar beberapa objek sekaligus.
Karena itu, masyarakat harus selalu waspada pada kilatan-kilatan petir, saat berada dibawa pohon, tempat terbuka yang bisa menimbulkan potensi terjadinya petir, katanya.

Sumber : Antara


Senin, 02 Desember 2019

Ribuan Burung Dari Rusia dan Alaska Bermigrasi ke Yogyakarta

Burung dari Rusia dan Alaska bermigrasi di Bantul dan Kulon Progo. BKSDA Yogakarta melarang perburuan karena termasuk kategori dilindungi.



Ribuan burung dari luar negeri bermigrasi di Yogyakarta, tepatnya di laguna Trisik dan muara Sungai Progo. Jenis burung paling banyak adalah burung laut jambul (Thalasseus bergii) dan cerek kernyut (Pluvialis fulva). Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta melarang perburuan tersebut karena kategori dilindungi.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA DIY Untung Suripto menjelaskan pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar Laguna Trisik dan muara Sungai Progo untuk tidak mengganggu burung-burung migran tersebut.
“Kami mendapati ada laporan masyarakat terkait gangguan berupa perburuan terhadap burung migran," kata Untung, Kamis, 28 November 2019.
Ia menjelaskan, fenomena burung yang bermigrasi setiap tahun selalu ada. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini baru kali ini saja pihaknya menerima laporan. “Jadi ini masih kami selidiki, karena kan ini laporan bukan penindakan tangkap tangan," jelas dia
Selain melakukan sosialisasi, pihaknya juga memasang berbagai spanduk pemberitahuan di beberapa titik lokasi. Selain itu BKSDA juga telah berkoordinasi dengan Polsek Galur, Kulonprogo dan Polsek Srandakan, Bantul.
Menurut dia burung migran ini mulai bermigrasi dari Rusia, Alaska dan beberapa negara Eurasia utara sejak September. Biasanya pada Maret sudah mulai kembali bermigrasi. "Konsentrasinya paling banyak di sekitar laguna Trisik," ujar dia.

Berdasar pengamatan yang dilakukan BKSDA pada 22-25 Oktober 2019 lalu, teramati ada 4.058 ekor burung dari 32 jenis yang berhasil teridentifikasi. Jumlah terbanyak yakni jenis dar laut jambul (Thalasseus bergii) sekitar 1.194 ekor dan cerek kerinyut (Pluvialis fulva) sekitar 543 ekor.

Konsentrasinya paling banyak di sekitar laguna Trisik.
"Ini hasil pengamatan di muara Progo baik di sisi timur atau barat, laguna Trisik dan persawahan Trisik," jelas dia.
Kepala BKSDA Yogyakarta Muhammad Wahyudi mengimbau agar tidak ada lagi yang melakukan perburuan terhadap burung-burung migran tersebut. Jika masih ada yang melanggar, pihaknya tidak segan-segan menerapkan sanksi sesuai UU No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
"Tanggung jawab untuk melestarikan bukan hanya di BKSDA saja, tetapi ada pada semua lapisan masyarakat,” ucap dia.
Sumber : Tagar.id
 

Kamis, 28 November 2019

Tahun Depan Sebutan Baru Untuk Lembaga dan Pejabat di DIY



Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun depan resmi mengganti kecamatan menjadi kapanewon, sedangkan 14 kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta akan berubah menjadi kemantren.
Perubahan itu, menurut Ketua Paniradyapati DIY Beny Suharsono, sesuai dengan nomenklatur amanat UU No.13/2012 tentang keistimewaan DIY. Perubahan nama tersebut akan diikuti dengan berbagai perubahan identitas penanda seperti papan dan urusan administrasi lainnya.
“Perubahan nomenklatur kecamatan dan desa akan segera direalisasikan di 2020 mendatang. Secara umum empat kabupaten dan kota di DIY sudah siap dengan perdanya, saat ini masih menunggu perda di Sleman yang masih dalam pembahasan dan ditarget selesai akhir 2019,” ujarnya Jumat (22/11/2019).

Kelurahan akan berganti dengan kalurahan dan kecamatan berganti menjadi kapanewon, dengan camat diganti nama Penewu. Camatnya jadi penewu, kades jadi lurah
Sedangkan desa akan berubah menjadi kalurahan dan kelurahan di Kota Yogyakarta tidak berganti nama, kepala desa akan berganti menjadi lurah dan sekretaris desa menjadi carik.
Dikatakan, perubahan itu akan diikuti seluruh perubahan administrasi, mulai dari papan nama setiap kantor kapanewon dan kalurahan sampai pada perubahan kop surat. Dalam perubahan itu ada beberapa hal yang harus diselesaikan seperti tata naskah, kewenangan, struktur organisasi tata kerja (SOTK) dan urusan berkaitan dengan peraturan desa.

Penyesuaiannya dengan tidak mengubah kodifikasi desa dan struktur apapun, juga pada nama kelurahan dan kecamatan di KTP.
Menurut Beny Suharsono, perubahan nama itu akan diluncurkan di Kulonprogo pada 2020.


Sumber: Suara Pembaruan

Selasa, 05 November 2019

Tol Solo-Jogja-Bandara Tanpa Rest Area, Pemda DIY Ingin Lindungi Usaha Kecil



Pemda DIY melalui Unit Manajemen Proyek Tim Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan DIY memastikan telah mendapatkan informasi terkait pelaksanaan lelang tol Solo–Jogja-Yogyakarta International Airport.
Ketua Tim Unit Manajemen Proyek Tim Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan DIY Rani Sjamsinarsi menjelaskan izin penetapan lokasi (IPL) dari Gubernur DIY telah kirim ke Pemerintah Pusat. Jenis proyek ini keduanya menggunakan sistem Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) baik tol Jogja – Bawen dan Solo  - Jogja – YIA. Khusus untuk Jogja-Bawen merupakan solicited atau diprakarsai pemerintah sedangkan Solo – Jogja – YIA unsolicited atau pemrakarsa badan usaha.
Terkait pengadaan lahan, Rani memastikan akan dilakukan langsung oleh Pemerintah Pusat melalui satuan kerja (Satker) yang ada di wilayah. Namun melalui koordinasi dengan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (DPTR) DIY. Pengadaan lahan secara langsung ditangani pusat baik pelaksana maupun anggarannya.

“Saat ini koordinasi dengan perwakilan pusat terus dilakukan, termasuk pengarahan Ngarso Dalem seperti apa, kita lihat teknisnya kemudian bisa atau tidak,” ujarnya di Kepatihan, Selasa (5/11/2019).
Sosialisasi kepada warga, kaat dia, akan dilakukan Pemerintah Pusat dengan didampingi tim dari Pemda DIY. Saat ini sosialisasi baru disampaikan pada tahap kecamatan. Sebagai tim percepatan, pihaknya mendorong agar proyek tersebut bisa berjalan dengan lancar.

Rani mengatakan tol yang melintasi wilayah DIY tanpa dilengkapi dengan rest area. Pertimbangan jika rest area berada di dalam tol, maka DIY harus menyiapkan lahan sedikitnya dua hektare untuk bisa menampung banyak UMKM lokal agar bisa masuk.
Lahan rest area sebenarnya bisa diadakan oleh Pemerintah Pusat, namun dikhawatirkan jika tol sudah beroperasi UMKM tidak bisa masuk karena sewanya mahal. Oleh karena itu, dengan tanpa rest area diharapkan pengguna tol bisa mampir masuk untuk melihat Jogja.
Sehingga diperbanyak sejumlah exit dengan mengambil pada titik yang bisa diarahkan langsung pada suatu kawasan wisata tertentu. Menurutnya ada sekitar enam exit yang telah ditetapkan yang nantinya akan bisa menjadi jalan menuju kawasan wisata tertentu yang menarik bagi pejalan kaki. Pemerintah Pusat telah menyetujui terkait rencana tol di Jogja tanpa dilengkapi rest area.
“Rest areanya nanti lebih diarahkan pada kawasan wisata dan pusat kuliner, yang nanti akan diinfokan melalui exit, misalnya, ini misal ya, ada elevated di Ringroad Utara, nanti exit-nya bisa diarahkan ke Jogja Bay,” ucapnya.

Rani  berharap dengan tanpa rest area ini DIY mendapatkan keuntungan dengan adanya tol sehingga tidak sekadar kelewatan saja. Ia mencontohkan, exit tol yang rencananya di kawasan perbatasan DIY – Jateng di Prambanan atau Kalasan akan dikoneksikan dengan jalur menuju Gunungkidul, sehingga pengguna jalan bisa memilih untuk mencari rest area di wilayah DIY dengan keluar dari tol.
“Bahkan di kawasan Prambanan, kalau tidak salah rencananya itu ada simpang susun, itu akan dibuat jalur baru ke arah Prambanan – Gading [Gunungkidul], ini dicantolkan ke tol. Nanti di sana ada Breksi, Nglanggeran dan lainnya,” ucapnya.

#Sunartono/harjo




FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/aww.

Baca selengkapnya di artikel "Dua Exit Tol Yogya-Bawen dan Yogya-Solo akan Ada di Sleman", https://tirto.id/echS

Sabtu, 02 November 2019

Kalender Jawa Bulan November 2019 Masehi

Kalender Jawa untuk periode bulan November 2019 Masehi dimulai tanggal 3 Mulud 1953 – Wawu, Sengara Langkir sampai dengan tanggal 2 Bakdamulud 1953 – Wawu, Sengara Langkir.


Kalender
Masehi 
Kalender Jawa
Tanggal Tanggal Hari Pasaran Wuku
1 Nov 2019 3 Mulud 1953 – Wawu Jumat Kliwon Bala
2 Nov 2019 4 Mulud 1953 – Wawu Sabtu Legi Bala
3 Nov 2019 5 Mulud 1953 – Wawu Minggu Pahing Wugu
4 Nov 2019 6 Mulud 1953 – Wawu Senin Pon Wugu
5 Nov 2019 7 Mulud 1953 – Wawu Selasa Wage Wugu
6 Nov 2019 8 Mulud 1953 – Wawu Rabu Kliwon Wugu
7 Nov 2019 9 Mulud 1953 – Wawu Kamis Legi Wugu
8 Nov 2019 10 Mulud 1953 – Wawu Jumat Pahing Wugu
9 Nov 2019 11 Mulud 1953 – Wawu Sabtu Pon Wugu
10 Nov 2019 12 Mulud 1953 – Wawu Minggu Wage Wayang
11 Nov 2019 13 Mulud 1953 – Wawu Senin Kliwon Wayang
12 Nov 2019 14 Mulud 1953 – Wawu Selasa Legi Wayang
13 Nov 2019 15 Mulud 1953 – Wawu Rabu Pahing Wayang
14 Nov 2019 16 Mulud 1953 – Wawu Kamis Pon Wayang
15 Nov 2019 17 Mulud 1953 – Wawu Jumat Wage Wayang
16 Nov 2019 18 Mulud 1953 – Wawu Sabtu Kliwon Wayang
17 Nov 2019 19 Mulud 1953 – Wawu Minggu Legi Kulawu
18 Nov 2019 20 Mulud 1953 – Wawu Senin Pahing Kulawu
19 Nov 2019 21 Mulud 1953 – Wawu Selasa Pon Kulawu
20 Nov 2019 22 Mulud 1953 – Wawu Rabu Wage Kulawu
21 Nov 2019 23 Mulud 1953 – Wawu Kamis Kliwon Kulawu
22 Nov 2019 24 Mulud 1953 – Wawu Jumat Legi Kulawu
23 Nov 2019 25 Mulud 1953 – Wawu Sabtu Pahing Kulawu
24 Nov 2019 26 Mulud 1953 – Wawu Minggu Pon Dukut
25 Nov 2019 27 Mulud 1953 – Wawu Senin Wage Dukut
26 Nov 2019 28 Mulud 1953 – Wawu Selasa Kliwon Dukut
27 Nov 2019 29 Mulud 1953 – Wawu Rabu Legi Dukut
28 Nov 2019 30 Mulud 1953 – Wawu Kamis Pahing Dukut
29 Nov 2019 1 Bakdamulud 1953 – Wawu Jumat Pon Dukut
30 Nov 2019 2 Bakdamulud 1953 – Wawu Sabtu Wage Dukut

Rabu, 30 Oktober 2019

Awal November Kenaikan Upah Minimum DIY 2020 Diumumkan


Upah minimum kota Yogyakarta tahun 2020 disepakati sebesar Rp 2.004.000. Nilai tersebut naik sebesar Rp 157.600 dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp1.846.400.
Kesepakatan besaran UMK Kota Yogyakarta tersebut ditetapkan dalam rapat koordinasi gubernur, bupati dan walikota se-DIY yang digelar di Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (30/10/2019).
Sementara Untuk UMP DIY 2020 mengalami kenaikan sebesar Rp 133,685,52 dari UMP tahun 2019. Meski mengalami kenaikan, dipastikan UMP DIY tetap paling rendah seIndonesia.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Andung Prihadi Santosa menjelaskan, untuk besaran UMP maupun UMK di DIY telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menyepakati besaran UMP dan UMK tahun 2020 melalui rapat koordinasi yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota se-DIY beserta jajarannya Rabu (30/10/2019)
“Sudah ada kesepakatan dari Dewan pengupahan provinsi, Kabupaten kota, Gubernur dan Bupati/Wali Kota. Besaran UMP dan UMK untuk tahun 2020 adalah mengacu PP 78 tahun 2015. Ada angka total kenaikan 8,51 persen,” ujar Andung kepada wartawan usai rakor di Kepatihan.


Dia menjelaskan, untuk formula perhitungan UMP dan UMK ini menggunakan angka, data-data dan inflasi. Termasuk mengacu pada aturan dari Menteri Tenaga Kerja. Dari perhitungan ini ditambahkan dengan kenaikan sebesar 8,51 persen.
Andung mengatakan, untuk UMP disepakati sebesar Rp 1.794.608,25 ada kenaikan dari UMP 2019 yang sebesar Rp 1.570.922.73. Dia juga mengatakan, untuk UMP ini perhitungannya hingga bilangan sen. UMP ini harus paling rendah dibandingkan dengan UMK.
“UMK pasti di atas UMP,” jelasnya.
Adapun besaran UMK di seluruh DIY mulai yang paling tinggi adalah Kota Yogyakarta hingga paling rendah Kabupaten Gunungkidul adalah:


Untuk Kota Yogyakarta UMK yang disepakati adalah sebesar Rp 2.004.000
Kabupaten Sleman UMK yang disepakati sebesar Rp 1.846.000
Untuk UMK Kabupaten Bantul telah disepakati sebesar Rp 1.790.500
UMK Kabupaten Kulonprogo disepakati sebesar Rp 1.750.500
Sedangkan Kabupaten Gunungkidul disepakati sebesar Rp 1.705.000
Andung menjelaskan untuk UMP ini akan dibuat surat keputusan Gubernur dan ditetapkan pada tanggal 1 November mendatang.
Sementara, untuk UMK ini akan ditetapkan pada tanggal 2 November. Dia mengatakan kesepakatan besaran ini sudah final sehingga dipastikan tidak ada perubahan angka untuk UMK dan UMP yang akan diterapkan pada 1 Januari 2020 mendatang ini.
“DIY ini termasuk yang paling cepat dalam menetapkan UMP dan UMK hanya butuh 1 hari saja dibandingkan dengan daerah lain,” paparnya

#ais

Selasa, 22 Oktober 2019

Cupu Panjala 2019: 23 Lembar Awal Bersih, Berikut Selengkapnya




Selasa, (22/10/2019) dini hari dilaksanakan adat tradisi pembukaan Cupu Kyai Panjala di kediaman pemilik, Dwijo Sumarto di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.
Pelaksanaan tradisi tersebut disaksikan oleh ribuan warga yang berasal dari Gunungkidul maupun dari luar Gunungkidul seputar DIY Jateng.
Berdasar pantauan, 23 lembar awal kain mori pembungkus cupu kosong tanpa gambar. Pembaca gambar yang menggunakan pengeras suara menyebutnya garing atau resik.
Selanjutnya, adapun gambar-gambar yang muncul sebagai berikut;
1. 23 lembar mori resik, garing
2. Kidul kulon gambar togog madep ngidul ngulon
3. Kulon gambar kerangka manusia
4. Wetan gambar sirah singa
5. Kulon gambar pitik lan kuthuk madep ngalor
6. Wetan ana bercak getih teles
7. Lor gambar wong wadon tangane diangkep neng nduwur sirah madep ngalor
8. Wetan ana warna kaya enjet/gamping
9. Lor wetan wong lanang kathok cekak, macul
10. Kidul gambar ombak segara
11. Kemule tetep garing
12. Kidul kulon gambar Keris
13. Lor wetan gambar wong lanang olah raga madep ngidul ngetan
14. Wetan ana rambut cendak
15. Lor wit jagung ora ana godhonge ning ana wohe
16. Kulon gambar kresna
17. Lor wetan gambar wong lanang mlumah tangane ngrancung antarane kiwa tengen sirah ng mburi
18. Kidul wetan gambar Asu madep ngulon
19. Kulon gambar helikopter
20. Kidul wetan gambar sirah 4, cilik 2 gedhe 2
21. Kulon gambar komodo
22. Kemule cerak kothak 2 lembar garing, kaku, resik
23. Semar Kinandhu doyong ngalor ngulon
24. Palang Kinanthang jejeg
25. Kenthi Wiri Doyong Ngalor ngetan.


#kabarhandayani

Sabtu, 28 September 2019

Sejarah Kalender Jawa







Tidak semua suku/ bangsa di dunia, bahkan sangat sedikit yang memiliki kalender sendiri, dan Jawa termasuk di antara yang sedikit itu. Kalender Jawa diciptakan oleh mPu Hubayun, pada tahun 911 Sebelum Masehi. Pada tahun 50 SM Raja/ Prabu Sri Mahapunggung I  (juga dikenal sebagai Ki Ajar Padang I) melakukan perubahan terhadap huruf/ aksara, serta sastra Jawa.
Bila kalender Jawa dibuat berdasarkan‘Sangkan Paraning Bawana‘ (=asal usul/ isi semesta), maka aksara Jawa dibuat berdasarkan “Sangkan Paraning Dumadi” (=asal usul kehidupan), serta mengikuti peredaran matahari (=Solar System).

Pada 21 Juni 0078 Masehi, Prabu Ajisaka mengadakan perubahan terhadap budaya Jawa, yaitu dengan memulai perhitungan dari angka nol (‘Das’=0), menyerap angka 0 dari India, sehingga pada tanggal tersebut dimulai pula kalender Jawa ‘baru’, tanggal 1 Badrawana tahun Sri Harsa, Windu Kuntara ( = tanggal 1, bulan 1, tahun 1, windu 1), hari Radite Kasih (-Minggu Kliwon), bersamaan dengan tanggal 21 Juni tahun 78 M.
 


Selama ini, banyak pendapat yang mengatakan, bahwa Prabu Ajisaka ialah orang India/ Hindustan. Akan tetapi hal tersebut nampaknya kurang tepat, dengan fakta-fakta kisah dalam huruf Jawa, bahwa :

1. Pusaka Ajisaka yang dititipkan kepada pembantunya berujud keris. Tak ditemukan bukti-bukti peninggalan  keris di India, dan keris adalah asli Jawa.

2. Para pembantu setia Ajisaka sebanyak 4 (empat) orang (bukan 2 orang seperti yang banyak dikisahkan), dengan nama berasal dari bahasa Kawi yaitu:
  •  DURA (dibaca sesuai tulisan), yang dalam bahasa Kawi berarti anasir alam berupa AIR artinya = ‘bohong’,  sangat jauh berrbeda dengan aslinya.
  •  SAMBADHA (dibaca seperti tulisan), yang dalam Bahasa Kawi berarti anasir alam yang berupa API artinya “mampu” atau ‘sesuai’.
  •  DUGA ( dibaca seperti tulisan), dalam bahasa Jawa Kuna berarti anasir TANAH, namun bila dibaca dengan cara kini, akan berarti “pengati-ati’ atau ‘adab’.
  •  PRAYUGA (dibaca seperti tulisan), dalam Bahasa Jawa Kuna artinya adalah “ANGIN“, dan bila dibaca dengan cara sekarang akan berarti ‘sebaiknya/ seyogyanya”.
  • Keempat unsur/ anasir tersebut adalah yang ada di alam semesta (makrokosmos / bawana ageng) serta dalam tubuh manusia (mikrokosmos / bawana alit).

3. Nama Ajisaka ( Aji & Saka)  adalah berasal dari Bahasa Jawa Kuna, yang berarti Raja/ Aji yang Saka (= mengerti & memiliki kemampuan spiritual), Raja Pandita, Pemimpin Spiritual. Prabu Ajisaka juga bernama Prabu Sri Mahapunggung  III, Ki Ajar Padang III, Prabu Jaka Sangkala, Widayaka, Sindhula. Petilasannya adalah api abadi di Mrapen, Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.

Pada saat Sultan Agung Anyakrakusuma bertahta di Mataram abad XVI Masehi, terdapat 3 unsur kalender budaya dominan, yaitu Jawa/ Kabudhan (solar system), Hindu (solar system), dan Islam (Hijriah, Lunar Sytem), sementara di wilayah Barat/ Sunda Kelapa dan sekitarnya sudah mulai dikuasai bangsa asing / Belanda. Untuk memperkuat persatuan di wilayah Mataram guna melawan bangsa asing, Sultan Agung melakukan penyatuan kalender yang digunakan. Akan tetapi penyatuan kalender Jawa /Saka dan Islam/Hijriah tersebut tetap menyisakan selisih 1 (satu) hari, sehingga terdapat 2 perhitungan, yaitu istilah tahun Aboge (tahun Alip, tgl 1 Suro jatuh hari Rebo Wage), serta istilah Asapon (Tahun Alip, tg 1 Suro, hari Selasa Pon). Perubahan ini bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1043 Hijriah, 29 Besar 1554 Saka, 8 Juli 1633 Masehi. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan Suro tahun 1554 Jawa (Sultan Agungan) yang digunakan sekarang.

Apabila ditilik berdasarkan penanggalan Jawa yang diciptakan mPu Hubayun pada 911 SM, maka saat ini (2013) adalah tahun 2924 Jawa (asli, bukan Saka, Jawa kini, atau Hijriah). Sebuah Kalender asli yang dibuat tidak berdasarkan agama, atau aliran kepercayaan apapun.
Dengan demikian, tinggal sedikit lagi untuk menemukan bukti-bukti arkeologi autentik lainnya. Setelah ditemukan lempeng tanah persawahan yang diperkirakan berumur 6000 tahun lebih di kedalaman laut Jawa, maka penemuan kalender yang telah berumur 15 ribu tahun itu bisa jadi memang berasal dari peradaban Nusantara.

#infobudaya

Cara Menghitung Weton dengan Mudah dan Artinya

Dalam perhitungan weton, orang Jawa mengenal istilah Neptu. Neptu merupakan salah satu hal yang sering kali dipertimbangkan dalam meramalkan watak seseorang berdasarkan weton kelahirannya. Neptu juga digunakan untuk meramalkan kecocokan jodoh, kecocokan pekerjaan, besarnya rejeki yang dibawa seorang anak dalam keluarganya, dan lain sebagainya. Nah, bagi Anda yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai neptu Jawa dan bagaimana cara menghitung weton kelahiran dalam primbon Jawa, silakan simak pembahasan berikut ini!

Neptu Jawa

Neptu adalah besaran nilai yang dihitung dengan menjumlahkan nilai hari dan nilai pasaran. Seperti diketahui, selain mengenal hari seperti minggu, senin, selasa, dst sampai sabtu, orang Jawa memang mengenal istilah pasaran seperti pahing, pon, wage, kliwon, dan legi. Perpaduan antara hari dan pasaran inilah yang disebut dengan weton.

Cara Menghitung Weton dan Neptunya

Masing-masing weton memiliki nilai neptu yang berbeda. Nilai neptu tersebut berkisar antara 7 sampai yang terbesar adalah 18. Yang neptu 7 (yang paling rendah) dimiliki oleh weton Selasa Wage, sementara neptu 18 (yang paling tinggi) dimiliki oleh weton Sabtu Pahing. Secara lengkap tentang bagaimana cara menghitung weton berdasarkan neptu Jawanya, silakan simak tabel berikut ini!


HariNilai Pasaran Nilai
Minggu 5 Wage 4
Senin 4 Kliwon 8
Selasa 3 Legi 5
Rabu7 Pahing 9
Kamis 8 Pon 7
Jumat 6

Sabtu 9


 Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa hari dan pasaran memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk menghitung neptu weton kita hanya perlu menjumlahkan nilai hari dan pasaran dari weton yang bersangkutan.

Contoh, jika kita ingin mengetahui neptu weton Selasa Pahing, maka kita harus menjumlahkan nilai hari Selasa (3) dan nilai pasaran Pahing (9) sehingga diperoleh nilai neptu Jawa sebesar 12.

Contoh perhitungan weton jawa lainnya, jika kita ingin mengetahui neptu weton Minggu Pahing, maka kita harus menjumlahkan nilai hari Minggu (5) dan nilai pasaran Pahing (9), sehingga diperoleh nilai neptu Jawa sebesar 14.

Nah, untuk memudahkan Anda dalam mengetahui nilai neptu Jawa tanpa harus menghitungnya, silakan temukan nilai neptu weton yang Anda cari pada tabel di bawah ini!



HariWage (4) Kliwon (8) Legi (5) Pahing (9) Pon (7)
Minggu (5) 913101412
Senin (4) 81291311
Selasa (3) 71181210
Rabu (7) 1115121614
Kamis (8) 1216131715
Jumat (6) 1014111513
Sabtu (9) 1317141816

Netpu Bulan dan Tahun Jawa

Selain mengenal neptu hitungan weton, orang Jawa kuno juga mengenal neptu hitungan untuk bulan dan tahun. Kendati demikian hitungan kedua neptu tersebut jarang digunakan dalam meramalkan watak atau kepribadian manusia berdasarkan hari kelahirannya.

Neptu bulan dan tahun lebih sering digunakan sebagai alat untuk memperkirakan musim tanam, musim hujan, musim kemarau, hama penyakit pada tanaman, jumlah panen pada kegiatan pertanian yang dilakukan, banyaknya tangkapan ikan bagi nelayan, dan lain sebagainya.

Meski tak begitu sering digunakan, neptu Jawa untuk hitungan bulan dan tahun tentu tak ada salahnya bila kita pelajari. Nah, secara lengkap berikut ini adalah nilai neptu dari bulan dan tahun Jawa yang dapat kami rangkum!


BulanNilai Tahun Nilai
Suro7Alip1
Sapar2Ehe5
Mulud3Jimawal3
Bakda Mulud5Je7
Jumadil Awal6Dal4
Jumadil Akhir1Be2
Rejeb2Wawu6
Ruwah4Jimakhir3
Pasa (Puasa)5

Sawal7

Dulkangidah (Sela)1

Dulkahijjah (Besar)3


 Untuk diketahui, dalam kalender Jawa dikenal 12 bulan yang penanggalannya mirip seperti penanggalan hijriah (kalender Islam). Sementara dalam hitungan tahun, kalender Jawa mengenal adanya siklus pergantian tahun dalam sewindu dengan nama-nama yang memiliki makna yang khas, yaitu tahun Alip, tahun Ehe, tahun Jimawal, tahun Je, tahun Dal, tahun Be, tahun Wawu, dan tahun Jamakhir.

Nah, demikianlah sekilas pemaparan mengenai hitungan neptu Jawa dan cara menghitung weton yang bisa kami sampaikan. Setelah memahami artikel ini, tentu cara menghitung weton, bulan, dan tahun Jawa sudah Anda kuasai. Cukup mudah bukan? Semoga bermanfaat dan dapat membantu mengenalkan kembali budaya Jawa yang hampir punah ini. Salam!

#wetonjogja

Kalender Jawa Bulan Oktober 2019 Masehi

Kalender Jawa untuk  bulan Oktober 2019 Masehi dimulai tanggal 1 Sapar 1953 – Wawu, Sengara Langkir sampai dengan tanggal 2 Mulud 1953 – Wawu, Sengara Langkir
  


Kalender
Masehi 
Kalender Jawa
Tanggal Tanggal Hari Pasaran Wuku
1 Okt 20191 Sapar 1953 – Wawu Selasa Wage Maktal
2 Okt 2019 2 Sapar 1953 – Wawu Rabu Kliwon Maktal
3 Okt 2019 3 Sapar 1953 – Wawu Kamis Legi Maktal
4 Okt 2019 4 Sapar 1953 – Wawu Jumat Pahing Maktal
5 Okt 2019 5 Sapar 1953 – Wawu Sabtu Pon Maktal
6 Okt 2019 6 Sapar 1953 – Wawu Minggu Wage Wuye
7 Okt 2019 7 Sapar 1953 – Wawu Senin Kliwon Wuye
8 Okt 2019 8 Sapar 1953 – Wawu Selasa Legi Wuye
9 Okt 2019 9 Sapar 1953 – Wawu Rabu Pahing Wuye
10 Okt 2019 10 Sapar 1953 – Wawu Kamis Pon Wuye
11 Okt 2019 11 Sapar 1953 – Wawu Jumat Wage Wuye
12 Okt 2019 12 Sapar 1953 – Wawu Sabtu Kliwon Wuye
13 Okt 2019 13 Sapar 1953 – Wawu Minggu Legi Manahil
14 Okt 2019 14 Sapar 1953 – Wawu Senin Pahing Manahil
15 Okt 2019 15 Sapar 1953 – Wawu Selasa Pon Manahil
16 Okt 2019 16 Sapar 1953 – Wawu Rabu Wage Manahil
17 Okt 2019 17 Sapar 1953 – Wawu Kamis Kliwon Manahil
18 Okt 2019 18 Sapar 1953 – Wawu Jumat Legi Manahil
19 Okt 2019 19 Sapar 1953 – Wawu Sabtu Pahing Manahil
20 Okt 2019 20 Sapar 1953 – Wawu Minggu Pon Prangbakat
21 Okt 2019 21 Sapar 1953 – Wawu Senin Wage Prangbakat
22 Okt 2019 22 Sapar 1953 – Wawu Selasa Kliwon Prangbakat
23 Okt 2019 23 Sapar 1953 – Wawu Rabu Legi Prangbakat
24 Okt 2019 24 Sapar 1953 – Wawu Kamis Pahing Prangbakat
25 Okt 2019 25 Sapar 1953 – Wawu Jumat Pon Prangbakat
26 Okt 2019 26 Sapar 1953 – Wawu Sabtu Wage Prangbakat
27 Okt 2019 27 Sapar 1953 – Wawu Minggu Kliwon Bala
28 Okt 2019 28 Sapar 1953 – Wawu Senin Legi Bala
29 Okt 2019 29 Sapar 1953 – Wawu Selasa Pahing Bala
30 Okt 2019 1 Mulud 1953 – Wawu Rabu Pon Bala
31 Okt 2019 2 Mulud 1953 – Wawu Kamis Wage Bala
.

Jumat, 27 September 2019

Malioboro Coffee Night 2019 Kembali Hadir

 


Malioboro Coffee Night kembali digelar untuk kali ketiga yakni dalam menyambut HUT ke 263 Kota Yogyakarta dan juga Hari Batik Nasional.

Ketua Panitia Malioboro Coffee Night, Anggi Dita menjelaskan rangkaian acara dimulai pada 30 September hingga 2 Oktober mendatang.
"Berbeda dari tahun sebelumnya, Malioboro Coffee Night pada 2 Oktober nanti, kami akan membagikan kopi gratis mulai jam 20.00 hingga 03.00. Kalau tahun lalu jumlahnya 26.200 cup sesuai dengan HUT 262 Kota Yogyakarta, untuk tahun ini jumlahnya tak terbatas," bebernya saat Jumpa Pers di Batik Adiningrat Yogyakarta, Rabu (25/9/2019).

Anggit menjelaskan, untuk titik kegiatan Malioboro Coffee Night tahun ini, akan ada di tiga lokasi yakni Loko Coffee Shop, Malioboro Mall, dan Kepatihan.
Event yang diselenggarakan dalam menyambut Hari Batik Nasional itu pun, akan kental dengan nuansa batik.
Anggit menyampaikan bila tahun lalu identitas batik melekat pada apron masing-masing peserta Malioboro Coffee Night, maka tahun ini mereka akan mengenakan seragam baju batik.
"Ada 110 tenant pegiat kopi dari seluruh Indonesia, 60 tenant merupakan perwakilan dari Yogya. Sementara lainnya dari seluruh pegiat kopi di Indonesia," jelasnya.
Ia menjelaskan, bahwa dari tahun ke tahun geliat kopi nusantara yang tercurah dalam Malioboro Coffee Night mendapatkan apresiasi yang tinggi.
Tidak hanya dari kalangan pegiat maupun pecinta kopi nusantara, namun juga dari luar negeri.

“Wisatawan mancanegara banyak yang tertarik, misalkan Malaysia dan Singapura yang setiap tahun menunggu acara ini dan mereka hadir menemui kita," terang Anggit.
Perwakilan Pegiat Kopi Yogyakarta, Agus Prasetyo mengetakan bahwa sebenarnya Yogya tidak memiliki kebun kopi yang dikembangkan secara masif namun memiliki event kopi yang diminati banyak orang.
"Kopi sejak 2012 mampu menghidupi orang banyak selain palawija. Maka secara makro mendukung program pemerintah pusat. Kemudian untuk tingkat konsumsi kopi di Indonesia masih rendah meski hasil panen sudah berlimpah yakni hanya 1,3 kilogram per tahun," bebernya.
Sementara itu, Perwakilan Komunitas Kopi Malioboro Coffee Night akan menampilkan Bursa Kopi pada 30 September hingga 1 Oktober yang bertempat di Loko Coffee Shop.
"Kami mengajak 20 perwakilan provinsi di Indonesia. Mulai Aceh, Palembang, Bengkulu, Jabar, Jateng, Toraja, Papua, dan lain-lain," sebutnya.
Selain Bursa Kopi, pada waktu dan tempat yang sama, Sam mengatakan akan digelar Jogja Aeropress Championship atau kompetisi teknik menyeduh kopi di mana hasil kopi seduhan akan dinilai oleh sembilan dewan juri dan seduhan terbaik akan melaju ke Aeropress Championship.
"Peserta Jogja Aeropress Championship ini 70 persen berasal dari Yogya, sisanya yakni 30 persen berasal dari Kalimantan, Sumatera, Jakarta, Bali, Toraja, dan lain-lain," urainya.
Selain itu, dalam Malioboro Coffee Night juga menampilkan bintang tamu yang juga merupakan pegiat kopi yakni Katon Bagaskara, Langit Sore, Toni Wahid, budayawan, dan para seniman.



Jumat, 30 Agustus 2019

Trending Topik, Kisah KKN Horror



Horor 'KKN di Desa Penari' tengah ramai diperbincangkan. Cerita mistis berujung tragedi itu dipercaya sebagai kisah nyata yh dialami enam mahasiswa yang tengah melaksanakan Kuliah kerja nyata (KKN)

Seperti dikutip dari akun twitter SimpleMan, enam calon sarjana tersebut adalah Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton dan Bima. Mereka melaksanakan KKN di daerah di Jawa Timur yang hanya disebut dengan inisial B. Utk menjalankan program kerja yg telah disusun, Ayu berpasangan dengan Bima, Wahyu dengan Widya, dan Nur dengan Anton.

Berbagai kejanggalan/hal berbau mistis sudah dirasakan Nur sejak pertama kali menginjakkan kaki di desa tersebut. Seperti mendengar suara gamelan di hutan, melihat penari bahkan hingga diikuti makhluk menyeramkan yang kerap disebut genderuwo (hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu lebat).

Nur kemudian mencari tahu mengapa ia diikuti makhluk menyeramkan tersebut. Ia kemudian mendapat jawaban dari seorang tetua di kampung tersebut. Selain karena Nur memiliki sensitivitas untuk melihat makhluk-makhluk gaib, ternyata ia juga dilindungi seorang jin berujud nenek-nenek tua.

Singkat cerita, seabrek hal mistis yang ada di desa tersebut justru berujung tragedi setelah dua di antara mereka melakukan pelanggaran. Ayu, Bima dan Widya terlibat dalam sebuah cinta segitiga. Bima dan Ayu melakukan perzinaan meski dalam hati Bima ingin memiliki Widya.

Tidak sampai di situ, Bima juga berusaha memelet Widya dengan sebuah gelang yang didapatnya dari sosok perempuan (makhluk gaib yang berwujud seorang penari cantik jelita) yang berada di sebuah lereng petilasan. Sedangkan Ayu menyimpan kain selendang sang penari berwarna hijau agar bisa mengambil hati Bima.

Tabir kegelapan di kampung tersebut perlahan terbongkar setelah Bima dan Widya tiba2 hilang. Sedangkan Ayu tak sadarkan diri. Pak Prabu adalah orang yang memberikan izin mereka menggelar KKN. Ia menyesal telah memberikan izin setelah Nur menceritakan apa yang dilakukan Bima dan Ayu selama di desa tersebut. Terlebih menurut Prabu, Ayu dan Bima juga telah lancang memilih tempat utk menjalankan program kerjanya. Yakni di sebuah lereng yang dikeramatkan warga desa. Yakni di sebuah lereng yang dikeramatkan warga desa.

"Tepat di samping lereng, ada tapak tilas. Tempat penduduk desa ini mengadakan pertunjukan tari. Bukan untuk manusia namun untuk jin hutan. Dulu, setiap di adakan tarian itu, untuk menghindari balak (bencana) bagi desa ini, seiring berjalannya waktu, rupanya, mereka yang menari untuk desa ini, akan ditumbalkan. Masalahnya, setiap penari haruslah dari perempuan muda yang masih perawan," kata Prabu dalam cerita yang ditulis SimpleMan seperti yang dibaca detikcom," Jumat (30/8/2019),"

"Itu masalahnya, kata Prabu, asumsi saya, Ayu sejak awal hanya sebagai perantara ke Widya lewat Bima. Namun Ayu tidak memenuhi tugasnya, akibatnya, Ayu dibuatkan jalan pintas, ia di beri selendang hijau itu. Selendang para penari," imbuhnya.

Dengan bantuan tetua desa, Mbah buyut, Widya dan Bima ditemukan. Namun sayang nyawa Bima sudah tidak bisa kembali menyatu dengan tubuhnya. Ayu juga kemudian meregang nyawa dalam upaya penyembuhan yang mengharuskannya dibawa ke luar Pulau Jawa.

KKN mereka kemudian resmi dicoret. Benarkan peristiwa itu terjadi di sebuah kota berawalan B di Jawa Timur? Atau cerita itu hanya fiktif belaka? (sun/bdh)
#unggahulangdetik.com

Rabu, 07 Agustus 2019

BMKG Klarifikasi Soal Potensi Gempa Besar Selatan Jawa



Zona gempa megathrust. (BMKG)

Isu gempa besar disertai tsunami di selatan Pulau Jawa belakangan kembali mencuat.  Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengklarifikasi kebenarannya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis pernyataan terkait pemberitaan tentang potensi gempa M 8,8 yang disertai tsunami setinggi 20 meter di Pantai Cilacap, Yogyakarta hingga Jawa Timur, yang dinilai menimbulkan keresahan. BMKG menekankan, pernyataan tersebut adalah kajian ahli terkait potensi gempa bumi dan bukan prediksi.

"Berdasarkan kajian para ahli bahwa zona megathrust Selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksismum M 8,8. Tetapi ini adalah potensi bukan prediksi. Sehingga Kapan terjadinya tidak ada yang tahu," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly dalam keterangan persnya, Minggu (21/7/2019).

Sadly menjelaskan Indonesia memang berada di wilayah yang aktif gempa bumi. Sehingga gempa bumi dapat terjadi kapan saja dengan kekuatan beragam.

"Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan Tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi," jelas Sadly.

Dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu yang beredar. Dalam imbauanya, masyarakat diminta menghubungi call center BMKG atau situs resmi BMKG yaitu www.bmkg.go.id untuk mengkonfirmasi isu yang beredar.

Siaran Pers: Merespon keresahan masyarakat pantai selatan Jawa, akan terjadinya gempabumi dengan kekuatan 8,8 yang diikuti tsunami setinggi 20 meter di pantai Cilacap, Yogyakarta sampai Jawa Timur, berikut info resmi dari #BMKG.  


"Kepada masyarakat di Cilacap dan sekitarnya kami informasikan bahwa untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ditakutkan terkait tsunami. Sikap waspada harus dilakukan, tetapi kami meminta agar masyarakat tidak terlalu takut dan khawatir berlebihan, karena malah membuat tidak produktif dan mengganggu aktivitas kehidupan normal. Apalagi mengungsi, maka tidak perlu dilakukan, karena tidak ada dasar untuk melakukan pengungsian. Gempa kuat hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya, di mana lokasinya, dan berapa kekuatannya," ucap Daryono.


Selasa, 30 Juli 2019

Jogja Cross Culture Mengundang Wisatawan di Titik Nol



Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki agenda baru bernama Jogja Cross Culture yang bakal dihelat akhir pekan ini, di kawasan wisata Titik Nol Kilometer pada Sabtu-Minggu, 3-4 Agustus 2019.
Jogja Cross Culture merupakan pilot project gerakan komunitas budayawan dan seniman muda yang difasilitasi pemerintah kota sebagai respon dikukuhkannya Yogya sebagai Kota Budaya ASEAN periode tahun 2018-2020.
Pengukuhan itu sendiri dilakukan saat Forum ASEAN Ministers Responsible for Culture and Art 2018 lalu, "Merespon pengukuhan itu kami menggandeng komunitas budayawan- seniman muda menyusun program Jogja Budaya," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharsono 29 Juli 2019.
Berbagai kegiatan program Jogja Budaya telah disusun. Elemen masyarakat dari 14 Kecamatan Kota Yogya akan terlibat langsung dalam beberapa rangkaian kegiatannya.
Seperti pembuatan jenang khas Kota Yogyakarta yang diberi nama jenang golong gilig yang akan dilansir pada acara tersebut. Juga kolaborasi menampilkan tari modern njoged njalar di kawasan Titik Nol Kilometer.
Selain itu ada kegiatan bertajuk Historical Trail Njeron Benteng. Aktivitas yang terbuka untuk umum ini mengajak pesertanya menyusuri tempat-tempat bersejarah Njeron Benteng atau dalam beteng Keraton Yogya.
Eko mengatakan program yang digarap tetap mengusung semangat Gandeng Gendong, yakni program pemberdayaan yang jadi jargon pemerintah kota Yogya.
Gandeng Gendong merupakan pemberdayaan dengan filosofi gotong royong berbagai elemen masyarakat yang terbagi menjadi 5K yakni Kota, Kampung, Kampus, Komunitas dan Korporat.
Khususnya bagi Yogya, elemen ini ditambah dengan satu lagi elemen yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Kegiatan ini mengetengahkan hakikat kebudayaan di Yogyakarta. Budaya yang sudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman tetapi ruhnya tidak berubah," ujar Eko.
Lintas budaya akan dipresentasikan pada hari pertama Jogja Cross Culture yakni pada 3 Agustus 2019 lewat penampilan Wayang Kota. Ini merupakan kolaborasi Wayang Ukur yang diperkenalkan oleh maestro wayang Sigit Sukasman dengan lima dalang generasi milenial. Pada kesempatan ini, mereka akan menampilkan lakon Kancing Jaya.
Puncak Jogja Cross Culture menyajikan pertunjukkan Historical Orchestra dan Cross Culture Performance yang mengharmonisasikan seni karawitan, musik orkestra, kor, dan seniman-seniman Jogja yang berkolaborasi dengan seniman internasional dalam satu panggung.
Adapun representasi akar budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dihadirkan lewat Tepas Keprajuritan, akan berpartisipasi juga di Cross Culture Performance.
Elemen komunitas juga berbicara banyak pada program ini, selain komunitas seni musik, tari, visual, juga bergabung pada program ini komunitas permainan traditional, multimedia, dan forum-forum masyarakat online.
Program Jogja Budaya yang diwujudkan dalam perhelatan Jogja Cross Culture ini dikonsep menjadi gerakan seluruh elemen masyarakat. Tujuannya untuk membentuk kesadaran: jika budaya bukanlah sebuah komoditas melainkan cara hidup yang tumbuh dan berkembang pada sebuah kelompok, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sehingga titik tekan program ini agar budaya itu hidup dan menghidupi. Gerakan pembinaan dan penguatan budaya di kelompok-kelompok inilah yang sebenarnya menjadi focal point.
Program Director Jogja Cross Culture RM Altiyanto Henryawan
mengatakan harapannya lewat kegiatan ini terjadi saling silang budaya yang kemudian menciptakan sebuah melting pot budaya dalam satu kota, "Jadi tepat kiranya Yogya menjadi bagian dari Kota Budaya Dunia,” ujarnya.



Reporter: Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor: Ludhy Cahyana 
Tempo.Co



Rabu, 20 Maret 2019

#BMKG: Siklon Veronica Muncul di Samudra Hindia, DIY Kembali Terancam Hujan Lebat



Great pic by @anggunwinursito

#Jogjakarta - Siklon Tropis Savannah, yang memicu hujan lebat di DIY pada Sabtu (16/3/2019) hingga Minggu (17/3/2019), telah menjauh dari Samudra Hindia. Saat ini muncul Siklon Tropis Veronica yang terdeteksi berada di wilayah samudera Hindia. Siklon ini sama bahayanya dengan Savannah.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogja Djoko Budiono menjelaskan berdasarkan pantauan BMKG Staklim Jogja, Veronica muncul di sebelah barat Australia, tepatnya sisi selatan Bali, Samudera Hindia.
Siklon Savannah, kata Djoko, saat ini sudah punah dan hanya berupa tekanan rendah. Siklon Savannah sudah tidak terlalu berpengaruh untuk cuaca di DIY.
“Nah untuk Siklon Veronica ini diprediksi akan memengaruhi cuaca di wilayah DIY. Sama-sama berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat [laiknya Savannah],” katanya kepada Harian Jogja, Rabu (20/3/2019).

Siklon Veronica memengaruhi terbentuknya palung tekanan rendah di selatan Jawa. Hal ini bisa berpotensi menimbulkan hujan lebat, terutama di bagian selatan Jogja.
Selain itu, Siklon Veronica akan membentuk area konvergensi atau pertemuan (perlambatan) angin. “Dengan demikian akan menimbulkan pembentukan awan awan hujan di DIY,” ucap Djoko.
Saat ini, berdasarkan hasil pantauan BMKG suhu permukaan laut di perairan Selatan DIY mengalami kenaikan. Tingkat suhu laut naik mencapai antara 28 hingga 30 Celsius.
“Melihat kondisi di atas diprediksi hingga 2-3 hari ke depan untuk wilayah DIY sebagian besar masih akan diguyur hujan kategori sedang hingga lebat dan dapat disertai angin kencang dan petir,” kata dia.

BMKG mengingatkan masyarakat selalu mewaspadai munculnya cuaca ekstrim yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang dan lainnya.

Sekretaris Daerah Pemda DIY Gatot Saptadi mengatakan imbuaun dari BMKG sudah sering disiarkan sebelum muncul cuaca ekstrem seperti akibat Siklon Tropis Savannah beberapa hari lalu. Dia mengharapkan imbauan-imbauan tersebut diindahkan agar masyarakat bisa siap menghadapi segala potensi dan resiko bencana yang mungkin terjadi. “Jadi setiap ada imbauan kami harap masyarakat bisa mengikutinya.”

#harianjogja #prakiraancuaca #bmkg #jogja

Jumat, 08 Maret 2019

Ternyata di tempat ini Sultan HB X dan GKR Hemas pertama bertemu

Siapa sangka jika pertautan hati mereka awalnya terjadi dari sebuah warung.

 


Sebagai raja sekaligus Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi sosok yang begitu besar perannya bagi masyarakat Yogyakarta. Istrinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas juga punya peran yang besar dalam mendukung Sultan HB X memerintah DI Yogyakarta. Hubungan mereka pun terlihat adem ayem tanpa berita negatif. Tapi siapa sangka jika pertautan hati mereka awalnya terjadi dari sebuah warung bakmi di daerah Rotowijayan Yogyakarta.

Bakmi menjadi makanan yang sangat khas di Yogyakarta. selain dikenal dengan gudegnya, Yogyakarta juga dikenal dengan bakmi Jawanya yang khas. Setiap malam, warung bakmi dengan mudah ditemui di jalan-jalan daerah Yogyakarta. tapi siapa sangka jika warung bakmi juga menjadi tempat yang bersejarah bagi Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas, istrinya.

Warung bakmi ternyata menjadi tempat di mana mereka pertama bertemu yang membuat hari mereka akhirnya saling bertaut. Hal itu terungkap dari unggahan Fanpage Kraton Jogja beberapa waktu lalu.



"Masih terkenang perjumpaan pertama Sri Sultan HB Ka 10 dengan GKR Hemas muda. Diakui, perjumpaan terjadi di sebuah warung bakmi di daerah Rotowijayan. Keluarga GKR Hemas memang banyak tinggal di daerah sekitar keraton (Suronatan)," tulis Fanpage Kraton Jogja seperti dikutip brilio.net, Jumat (22/4).

Pertemuan itu ternyata membuat hati Herjuno Darpito, nama muda Sultan HB X, tertaut pada GKR Hemas yang punya nama asli Tatiek Dradjad Supriastuti. Keluarga pun ternyata mendukung perkenalan mereka lebih jauh.

"Seiring berjalannya waktu, Mas Herjun bersama ayahanda menyatakan pinangan di kediaman orang tua GKR Hemas di kawasan Cipete, Jakarta Selatan," lanjut Fanpage Kraton Jogja menjelaskan.

Berawal dari perjumpaan tersebut, hingga kini keduanya telah bersatu mengarungi bahtera kehidupan selama lebih dari 45 tahun. Mereka telah dikarunia 5 putri, yakni GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara.

Wah nggak nyangka jika pertemuan mereka berawal dari sebuah warung bakmi. Nah, untuk mengenang hubungan muda Sultan HB X dan GKR Hemas, berikut foto-foto keromantisan mereka yang diambil brilio.net dari Fanpage Kraton Jogja.


Sultan HB X dan GKR Hemas muda.
 




 Foto bersama para putri.


Foto bersama para putri, menantu, dan cucu. 

( Foto : Kraton Jogja )

#Kratonjogja