Rabu, 07 Agustus 2019

BMKG Klarifikasi Soal Potensi Gempa Besar Selatan Jawa



Zona gempa megathrust. (BMKG)

Isu gempa besar disertai tsunami di selatan Pulau Jawa belakangan kembali mencuat.  Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengklarifikasi kebenarannya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis pernyataan terkait pemberitaan tentang potensi gempa M 8,8 yang disertai tsunami setinggi 20 meter di Pantai Cilacap, Yogyakarta hingga Jawa Timur, yang dinilai menimbulkan keresahan. BMKG menekankan, pernyataan tersebut adalah kajian ahli terkait potensi gempa bumi dan bukan prediksi.

"Berdasarkan kajian para ahli bahwa zona megathrust Selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksismum M 8,8. Tetapi ini adalah potensi bukan prediksi. Sehingga Kapan terjadinya tidak ada yang tahu," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly dalam keterangan persnya, Minggu (21/7/2019).

Sadly menjelaskan Indonesia memang berada di wilayah yang aktif gempa bumi. Sehingga gempa bumi dapat terjadi kapan saja dengan kekuatan beragam.

"Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan Tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi," jelas Sadly.

Dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu yang beredar. Dalam imbauanya, masyarakat diminta menghubungi call center BMKG atau situs resmi BMKG yaitu www.bmkg.go.id untuk mengkonfirmasi isu yang beredar.

Siaran Pers: Merespon keresahan masyarakat pantai selatan Jawa, akan terjadinya gempabumi dengan kekuatan 8,8 yang diikuti tsunami setinggi 20 meter di pantai Cilacap, Yogyakarta sampai Jawa Timur, berikut info resmi dari #BMKG.  


"Kepada masyarakat di Cilacap dan sekitarnya kami informasikan bahwa untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ditakutkan terkait tsunami. Sikap waspada harus dilakukan, tetapi kami meminta agar masyarakat tidak terlalu takut dan khawatir berlebihan, karena malah membuat tidak produktif dan mengganggu aktivitas kehidupan normal. Apalagi mengungsi, maka tidak perlu dilakukan, karena tidak ada dasar untuk melakukan pengungsian. Gempa kuat hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya, di mana lokasinya, dan berapa kekuatannya," ucap Daryono.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar