Senin, 11 Januari 2016

Ribuan Naskah Kuno Diselamatkan John Paterson


Foto : Miftahul Abrori/Koran JITU
 






Naskah sastra Jawa kuno yang tak terawat pada era 1980-an. John Paterson ia melihat naskah ini dijual bebas di beberapa pasar buku bekas di Solo dan Yogyakarta.  Saat itu ia menekuni bahasa dan sastra Jawa di Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada tahun 1981. Ia prihatin, naskah langka dan bersejarah tinggi itu dihargai murah di pasar loak tersebut.


Sejak itu, warga Australia ini mulai menyelamatkan dan mengumpulkan naskah tersebut. Lalu pada tahun 1997, bersama alumnus Jurusan sastra Jawa, Fakultas Sastra UNS Surakarta, ia mendirikan Yayasan Sastra Lestari (YASTRI).
“Pak John mendapatkan naskah dari beberapa pasar buku bekas di belakang Taman Sriwedari, Alun-alun Keraton, Pasar Triwindu, dan di Yogyakarta. Hasilnya, ribuan judul naskah diarsipkan, didokumentasikan lalu mulai dialih aksara dengan digitalisasi,” kata Abdi Utami, staf YASTRI saat ditemui di ruang kerjanya, pada Senin, 4 Januari 2016.
YASTRI telah menyelamatkan dan melestarikan sekitar 6.000 naskah Jawa. Digitalisasi ini sementara dikhususkan pada sastra Jawa dari Jawa tengah dan sekitarnya yang digubah sepanjang kurun abad 19 dan awal abad 20. Naskah berupa tulisan tangan (carik) dan cetakan (cithak), baik yang berbentuk puisi (tembang) maupun prosa (gancaran), diselamatkan isinya.
 “Sekitar 1191 judul  dari 844 naskah Jawa sudah dialih aksara ke latin, karena satu naskah ada yang terdiri satu bendel (jilid) yang berjumlah 10 atau 20 judul. Alih aksara ini penting karena tidak semua orang bisa membaca aksara Jawa,” ungkap wanita yang sudah bekerja dari tahun 1999 itu.

 Dari berbagai naskah yang didokumentasikan secara digital terdapat 27 arsip surat-surat Pujangga besar Ranggawarsito pada kurun tahun 1836 sampai 1844, 40 arsip surat menyurat Pepatih Surakarta KRA Sasradiningrat kepada Amongpraja, Mangkupraja maupun Residen Surakarta pada kurun tahun 1837. Ada pula jurnal kuno yang diterbitkan oleh organisasi Narpa Wandawa pada tahun 1926 sampai 1938.


Agar mudah diakses publik dan sebagai sarana penyebaran digitalisasi naskah, YASTRI meluncurkan situs  www.sastra.org, pada 2009. Di situs ini naskah-naskah terbagi menjadi lima kategori utama : Agama dan Kepercayaan, Arsip dan Sejarah, Bahasa dan Budaya, Kisah, Cerita dan Kronikal, serta Koran, Majalah dan Jurnal. Selain itu juga dilengkapi dengan referensi Huruf Jawa, Lambang Fonetis, Penanggalan Jawa, Singkatan dan Akronim.
Abdi menjelaskan, proses digitalisasi saat ini dikerjakan oleh enam karyawan. Digitalisasi ini melewati lima tahap. Pertama, naskah didata, diidentifikasi dan didaftar dalam katalog. Tahap kedua, naskah dikerjakan secara berpasangan (satu staf membaca, satunya mengetik). Jika naskah berupa tembang, cara membacanya dengan ditembangkan. Tahap ketiga, seorang staf membaca atau menembangkan hasil ketikan, dan satunya menyimak teks asli.   Tahap selanjutnya, teks di-print, kemudian dibaca oleh editor. Teks diperbaiki sesuai dengan hasil pembacaan editor. Terakhir, teks yang sudah dianggap bersih dari kesalahan diunggahke www.sastra.org.
“Tujuan kami adalah untuk menyediakan data sebagai salah satu sumber digital yang dapat dibaca secara bebas oleh khalayak luas, baik peneliti, mahasiswa, akademisi, budayawan, sastrawan dan pemerhati bahasa, sastra dan budaya Jawa,” tambahnya.
 Abdi membebaskan pengunjung situs www.sastra.orgyangingin mencetaknaskah darilaman internet. Mereka tak perlu meminta ijin, selama itu hanya untuk kebutuhan penelitian. Jika pengunjung ingin melihat naskah asli, mereka dipersilakan datang ke YASTRI yang beralamat di Jalan Soka VI No. 1 Priyobadan, Timuran, Banjarsari, Surakarta.

Follow Kabar Jogjakarta on : twitter  fanpage  instagram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar