Foto : Miftahul Abrori/Koran JITU
Naskah sastra Jawa kuno yang tak terawat pada era 1980-an. John Paterson ia melihat naskah ini dijual bebas di beberapa pasar buku bekas di Solo dan Yogyakarta. Saat itu ia menekuni bahasa dan sastra Jawa di Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada tahun 1981. Ia prihatin, naskah langka dan bersejarah tinggi itu dihargai murah di pasar loak tersebut.
Sejak itu, warga Australia ini mulai menyelamatkan dan mengumpulkan
naskah tersebut. Lalu pada tahun 1997, bersama alumnus Jurusan sastra
Jawa, Fakultas Sastra UNS Surakarta, ia mendirikan Yayasan Sastra
Lestari (YASTRI).
“Pak John mendapatkan naskah dari beberapa pasar buku bekas di belakang
Taman Sriwedari, Alun-alun Keraton, Pasar Triwindu, dan di Yogyakarta.
Hasilnya, ribuan judul naskah diarsipkan, didokumentasikan lalu mulai
dialih aksara dengan digitalisasi,” kata Abdi Utami, staf YASTRI saat
ditemui di ruang kerjanya, pada Senin, 4 Januari 2016.
YASTRI telah menyelamatkan dan melestarikan sekitar 6.000 naskah Jawa.
Digitalisasi ini sementara dikhususkan pada sastra Jawa dari Jawa tengah
dan sekitarnya yang digubah sepanjang kurun abad 19 dan awal abad 20.
Naskah berupa tulisan tangan (carik) dan cetakan (cithak), baik yang
berbentuk puisi (tembang) maupun prosa (gancaran), diselamatkan isinya.
“Sekitar 1191 judul dari 844 naskah Jawa sudah dialih aksara ke
latin, karena satu naskah ada yang terdiri satu bendel (jilid) yang
berjumlah 10 atau 20 judul. Alih aksara ini penting karena tidak semua
orang bisa membaca aksara Jawa,” ungkap wanita yang sudah bekerja dari
tahun 1999 itu.Dari berbagai naskah yang didokumentasikan secara digital terdapat 27 arsip surat-surat Pujangga besar Ranggawarsito pada kurun tahun 1836 sampai 1844, 40 arsip surat menyurat Pepatih Surakarta KRA Sasradiningrat kepada Amongpraja, Mangkupraja maupun Residen Surakarta pada kurun tahun 1837. Ada pula jurnal kuno yang diterbitkan oleh organisasi Narpa Wandawa pada tahun 1926 sampai 1938.
Agar mudah diakses publik dan sebagai sarana penyebaran digitalisasi naskah, YASTRI meluncurkan situs www.sastra.org,
pada 2009. Di situs ini naskah-naskah terbagi menjadi lima kategori
utama : Agama dan Kepercayaan, Arsip dan Sejarah, Bahasa dan Budaya,
Kisah, Cerita dan Kronikal, serta Koran, Majalah dan Jurnal. Selain itu
juga dilengkapi dengan referensi Huruf Jawa, Lambang Fonetis,
Penanggalan Jawa, Singkatan dan Akronim.
Abdi menjelaskan, proses digitalisasi saat ini dikerjakan oleh enam
karyawan. Digitalisasi ini melewati lima tahap. Pertama, naskah didata,
diidentifikasi dan didaftar dalam katalog. Tahap kedua, naskah
dikerjakan secara berpasangan (satu staf membaca, satunya mengetik).
Jika naskah berupa tembang, cara membacanya dengan ditembangkan. Tahap
ketiga, seorang staf membaca atau menembangkan hasil ketikan, dan
satunya menyimak teks asli. Tahap selanjutnya, teks di-print, kemudian
dibaca oleh editor. Teks diperbaiki sesuai dengan hasil pembacaan
editor. Terakhir, teks yang sudah dianggap bersih dari kesalahan
diunggahke www.sastra.org.
“Tujuan kami adalah untuk menyediakan data sebagai salah satu sumber
digital yang dapat dibaca secara bebas oleh khalayak luas, baik
peneliti, mahasiswa, akademisi, budayawan, sastrawan dan pemerhati
bahasa, sastra dan budaya Jawa,” tambahnya.Abdi membebaskan pengunjung situs www.sastra.orgyangingin mencetaknaskah darilaman internet. Mereka tak perlu meminta ijin, selama itu hanya untuk kebutuhan penelitian. Jika pengunjung ingin melihat naskah asli, mereka dipersilakan datang ke YASTRI yang beralamat di Jalan Soka VI No. 1 Priyobadan, Timuran, Banjarsari, Surakarta.
Follow Kabar Jogjakarta on : twitter fanpage instagram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar