Proses evakuasi Erri Yunanto, 21,
yang jatuh ke kawah Gunung Merapi merupakan proses yang paling sulit dan
menantang dalam sejarah evakuasi pendakian di gunung aktif tersebut.
Tri Atmojo, Pelaksana Harian Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, mengatakan kasus jatuhnya pendaki ke kawah adalah yang pertama dan tim evakuasi menghadapi "medan yang sulit" karena "masalah suhu dan gas beracun."
"Kami sudah menemukan lokasi jatuhnya di kedalaman 150 meter. Tetapi evakuasi tidak bisa dilakukan dengan cepat karena kami tak bisa melawan dua faktor, yaitu suhu dan gas."
"Ini yang pertama kali, menurut kami skalanya luar biasa dilihat dari alat dan personel yang kami libatkan."
Tri menyebut tim evakuasi terdiri dari enam orang dan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone dan alat pengukur suhu milik badan vulkanologi untuk memantau temperatur.
Sedang selfie?
"Kalau suhu sekitar 30-an kami berani, kalau di atas sampai 40 dan 50 derajat kami tidak berani. Suhunya berubah-ubah sehingga tingkat kesulitan tertinggi."Di media sosial, foto Erri di tebing - sebelum terjatuh - sempat diabadikan oleh seorang saksi, Bagus Deni, dan diunggah melalui akun Instagram-nya.
Kepada BBC Indonesia, Bagus Deni mengatakan saat kejadian, di area puncak Merapi tak banyak orang. "Saya kaget dan prihatin. Saya juga langsung mendoakan di atas. Kaki saya kaku setelah melihatnya."
Foto yang disebut-sebut sebagai 'foto terakhir' Erri itu kemudian beredar luas dan menuai respons dari pengguna media sosial.
Laporan sejumlah media yang menyebut bahwa korban sedang 'selfie' membuat perdebatan tentang bahaya selfie menghangat.
Namun untuk yang terakhir ini, Bagus membantah. "Ketika itu dia tidak selfie, hanya bawa botol minum."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar