Selama empat hari acara Pekan Budaya Budaya Masuk Kampus (PBMK) 2016
digelar di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Perhelatan yang
berlangsung 11-14 Oktober 2016 akan digelar secara multievent di Plasa
Sportorium UMY.
PBMK yang digagas dan dirintis tahun 2011 oleh Humanisma Yogyakarta,
lembaga kajian pendidikan-keberagaman-budaya pada penyelenggaraannya
yang kelima akan menggelar berbagai event di antaranya Lomba Kethoprak
Anak tingkat DIY dan sekitarnya memperebutkan Piala Bergilir Sri Sultan
Hamengku Buwana X, Festival Dolanan Anak, Panggung Gamelan Anak, Pentas
Seni Budaya Nusantara, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan, Workshop,
serta Pameran-Bazaar.
Penyelenggaraan PBMK 2016 merupakan kerja sama antara Dinas
Kebudayaan DI Yogyakarta, Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta selaku tuan rumah, dan Humanisma.
Ditemui satuharapan.com di sela-sela persiapan, Selasa
(27/9), penanggung jawab PBMK yang sekaligus Direktur Eksekutif
Humanisma, Puji Qomariyah, menjelaskan PBMK adalah program charity budaya antara kampus dan masyarakat sekitar.
"Membudayakan untuk masuk kampus dan mentransformasikan budaya
dari-ke kampus dalam kehidupan. Ini yang menjadi tujuan kegiatan.
Harapannya bisa membuka ruang dialog-komunikasi budaya. Karenanya
kegiatan ini lebih banyak melibatkan mahasiswa dari berbagai PTN/S di
Yogyakarta di dalam kepanitiaan, serta menjemput para pelaku
seni dari berbagai tingkatan umur, berbagai lintas agama-suku, berbagai
lintas disiplin seni, berbagai lintas wilayah di Yogyakarta yang selama
ini kesulitan dalam mengakses panggung sebagai ruang dan tempat," kata
Puji.
Dengan panggung PBMK Puji berharap terjadi transformasi budaya bagi
para penampil, penonton, panitia, serta para pihak yang nantinya dibawa
untuk disebarsemaikan sebagai sebuah pesan kemanusiaan.
Lebih lanjut Puji menjelaskan sub-tema PBMK 2016 DIASPO|rchest|RA
dalam skema tema PBMK Among Budaya Among mencoba mengangkat realitas
Yogyakarta sebagai wilayah diaspora masyarakat Nusantara sejak lama dan
membentuk Yogyakarta dalam warna yang beragam.
Diaspora masyarakat Nusantara di wilayah Yogyakarta telah membangun
orkestrasi kehidupan yang damai dalam keberagaman. Tidak mengherankan
jika Yogyakarta menjadi salah satu barometer kehidupan yang
beragam-multikultur dalam sebuah salad bowl. Adanya
praktik-praktik intoleransi justru akan melemahkan Yogyakarta, karenanya
diperlukan lebih banyak ruang dialog bagi tumbuh-seminya keberagaman
budaya. Dan PBMK mencoba mengambil peran kecil tersebut.
"Kita memberikan ruang bagi anak-anak untuk kembali menikmati
dunianya yaitu bermain-bergembira-bersama-sama, dalam Festival Dolanan
Anak, Panggung Gamelan Anak, dan Lomba Kethoprak Anak. Pada acara
pembukaan dan penutupan nanti akan dimeriahkan dengan ensembel orkestra
anak-anak. Dan yang menjadi salah satu ciri khas PBMK adalah Pentas Seni
Lintas Agama dan Keyakinan dari berbagai komunitas sebagai ruang
dialog-komunikasi antarumat beragama dalam ranah seni," kata Puji.
Dalam pergelaran PBMK 2016 musik etnik dan tarian Nusantara akan
dipentaskan dalam satu panggung secara bergantian mulai dari Aceh,
Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Untuk mengapresiasi komunitas jazz di Yogyakarta yang telah
memberikan warna bagi perkembangan musik jazz di Indonesia, PBMK 2016
menggelar One Night Jazz dengan melibatkan komunitas Jazz Mben
Senen (YESS!, The Blue Train, Tricotado), Kadjanga, serta grup Project
TAR and Friends dan Sutan Harahap project.
Saat audiensi tim panitia PBMK 2016 memaparkan maksud-tujuan,
persiapan, serta konten acara PBMK kepada Wakil Gubernur DI Yogyakarta
KGPAA Paku Alam X Kamis (6/10) di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Paku
Alam X memberikan apresiasi dan menyambut baik acara seni-budaya.
"Kita mendukung kegiatan (seni-budaya) apa pun, tapi harus ada
platform standar (dalam pementasan) dan dilakukan secara berjenjang,"
kata Paku Alam X saat menerima tim PBMK 2016 yang terdiri atas panitia
pelaksana dan pihak UMY. Harapannya, selain muncul output yang terukur,
kegiatan tersebut juga mampu mengedukasi audiens/masyarakat.
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi
Editor : Sotyati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar