Senin, 25 Oktober 2021

11 Tahun Erupsi Merapi 2006

Tanggal 26 Oktober 2021 bulan ini jatuh pada hari Selasa dan bertepatan dengan tanggal 20 Rabiul Awal 1443 Hijriah. Setiap tanggal 26 Oktober diperingati sebagai hari apa, hal ini banyak pembaca yang mencari tahu peringatan dan peristiwa yang terjadi pada tanggal tersebut. Salah satu peristiwa yang masih teringat bagi kita adalah peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 di Yogyakarta. Letusan ini menewaskan sedikitnya 353 orang meninggal dunia, termasuk salah satunya adalah Mbah Maridjan sang Juru Kunci Gunung Merapi yang legendaris.   HOME  NASIONAL 26 Oktober 2021 Hari Apa, Memperingati Peristiwa Apa? Letusan Gunung Merapi hingga Meninggalnya Mbah Maridjan ENDRIK YAHMAWAN 25 Oktober 2021, 14:21 WIB  Kalender Oktober 2021 / MEDIA JABODETABEK - Tanggal 26 Oktober 2021 bulan ini jatuh pada hari Selasa dan bertepatan dengan tanggal 20 Rabiul Awal 1443 Hijriah. Setiap tanggal 26 Oktober diperingati sebagai hari apa, hal ini banyak pembaca yang mencari tahu peringatan dan peristiwa yang terjadi pada tanggal tersebut. Salah satu peristiwa yang masih teringat bagi kita adalah peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 di Yogyakarta. Baca Juga: Bersama Hyundai Mari Majukan Inovasi Berkendara Bebas Karbon [Ads] Baca Juga: 3 Kumpulan Puisi Sumpah Pemuda 4 Bait, 'Bukanlah Kata-kata Hampa yang Terlontar' Letusan ini menewaskan sedikitnya 353 orang meninggal dunia, termasuk salah satunya adalah Mbah Maridjan sang Juru Kunci Gunung Merapi yang legendaris. Sebelum peristiwa meletusnya, pada tanggal 20 September 2010, status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta. Sehari kemudian, status dinaikkan menjadi Siaga. Kemudian pada tanggal 25 Oktober tepat sehari sebelum meletusnya Merapi, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas. Pada tanggal 26 Oktober 2020, Gunung Merapi memasuki fase erupsi. Berdasarkan laporan BPPTK, erupsi terjadi mulai pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi sampai tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 kilometer yang mengarah ke Selatan di wilayah Kaliadem, Kepuharjo. Salah satu korban meninggal adalah Mbah Maridjan yang kesehariannya tinggal dan menjaga kawasan Gunung Merapi. Oleh warga sekitar Mbah Maridjan dikenal sebagai Juru Kunci Gunung Merapi. Mbah Maridjan yang memiliki nama asli Mas Penewu Surakso Hargo lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan Sleman pada 5 Februari 1927. Adapun amanah sebagai Juru Kunci beliau dapatkan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebelumnya beliau menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Baru kemudian gelar Juru Kunci disandang mulai tahun 1982. Setiap peristiwa Gunung Merapi akan meletus, warga di kawasan selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi ke zona evakuasi yang aman. Sejak peristiwa Letusan Gunung Merapi tahun 2006, Mbah Maridjan semakin dikenal karena sering diliput media mainstream saat Gunung Merapi menampakkan status Siaga. Mbah Maridjan pun akhirnya dikenal luas oleh masyarakat tanah air sebagai Juru Kuncen Gunung Merapi. Semoga Mbah Maridjan sudah tenang di sana, mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya. Amin. #mediajabodetabek

Rabu, 13 Oktober 2021

Pasar Malam Sekaten Yogyakarta Dipindah ke Mal

Yogyakarta - Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) terakhir kali diadakan tahun 2018 silam. Setelah itu tak ada lagi, dan kini dipindah ke mal. Pasar malam ini menyajikan hiburan rakyat sampai pakaian bekas impor atau awul-awul tersebut. Ingin menghidupkan semangat PMPS, Pemkot Yogyakarta kembali menggelar even yang mirip. Namanya, Sekati YK Ing Mal, yang menampilkan UMKM seluruh Kota Yogyakarta di tiga mal, yakni Malioboro Mall, Galeria Mall, dan Lippo Plaza, mulai 13-18 Oktober ini. "Pasar malam dulu kan pasti di Alun-Alun Utara. Dulu itu ada ide pak wawali, pie nek (bagaimana bila) dipindah ning (di) Lapangan Karangkata Asisten Sekretaris Daerah (Assekda) II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Kota Yogyakarta Kadri Renggono, saat jumpa pers Sekati Ing Mall, di Kompleks Balai Kota, Yogyakarta, Selasa (12/10/2021). "Karena kemudian pandemi, kita juga bisa meng-create event pameran semua OPD (di Kota Yogyakarta)," imbuh dia. Kadri menjelaskan, pemilihan nama Sekati tersebut merupakan hasil konsultasi dari Keraton Yogyakarta. Apalagi, Penghageng Nityabudaya Keraton Yogyakarta GKR Bendara juga terlibat dalam Sekati YK Ing Mall ini. "Gusti Bendara nanti juga terlibat sebagai Kepala Perwakilan International Council For Small Bisnis," jelas Kadri. Ia menambahkan, selama ini Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) telah menjadi salah satu ikon Yogyakarta. Bahkan telah menjadi daya tarik wisata. Semangat itulah yang akan dilaksanakan di Sekati Ing Mall tersebut. "Kegiatan ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun untuk mangayubagyo Sekaten yang dilaksanakan oleh Keraton," katanya. Seperti telah diberitakan, sejak tahun 2019, pelaksanaan Sekaten berlangsung tanpa pasar malam. Pelaksanaannya pun tetap sama ditandai dengan miyos gongso (kehadiran gamelan Keraton), nyebar udik-udik, dan pembacaan riwayat nabi. "Yang jelas untuk tahun ini kami coba break dulu (PMPS) untuk (pemulihan) kondisi Alun-alun (Utara)," jelas KPH Notonegoro, yang menjabat Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kamis (3/10/2019). Notonegoro menjelaskan tidak diadakannya PMPS merupakan keinginan Sri Sultan HB X. Alasannya untuk mengembalikan semangat Hajad Dalem Sekaten seperti era awal Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa. "Pasar malam itu sebenarnya bukan bagian dari Sekaten ya. Jadi kami coba mengembalikan ke semangat Sekaten awal, mumpung kesempatan sekalian ini juga untuk (memulihkan) kondisi Alun-alun (Utara) supaya bisa lebih baik," ungkap suami GKR Hayu itu. Notonegoro lalu bercerita mengenai sejarah PMPS yang digelar berbarengan dengan Hajad Dalem Sekaten. Menurutnya, digelarnya PMPS merupakan siasat pihak kolonial Belanda untuk menghadang syiar Islam dan menutup potensi pemberontakan dari masyarakat. "Sebetulnya (PMPS) itu ada sejarahnya juga ya. Itu waktu zaman dulu, karena Sekaten itu dipakai untuk syiar oleh kerajaan-kerajaan, untuk dakwah, dan juga kadang-kadang disisipi pesan-pesan semangat perjuangan melawan penjajah," katanya. "Belanda itu yang mengadakan pasar malam, gitu, untuk memecah perhatian rakyat supaya tidak terlalu ke sana (Sekaten). Dan kemudian setelah lama tidak ada, baru sekitar mungkin 30 tahun yang lalu diadakan lagi pasar malam Sekaten," pungkas dia. Heri Susanto - detikTravel

Minggu, 10 Oktober 2021

"Ingat! Hari Libur Maulid Nabi Muhammad 2021 Digeser ke 20 Oktober"

Jakarta (Kemenag) --- Pemerintah menggeser hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw menjadi 20 Oktober 2021. Kebijakan ini diambil sebagai langkah antisipasi munculnya kasus baru Covid-19. "Sebagai antisipasi munculnya kasus baru Covid-19, hari libur Maulid Nabi digeser 20 Oktober 2021," tegas Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin di Jakarta, Sabtu (9/10/2021).  Kamaruddin Amin menegaskan, bahwa Maulid Nabi Muhammad Saw tidak berubah, tetap 12 Rabiul Awal. Hanya, hari libur dalam rangka memperingatinya yang digeser. "Maulid Nabi Muhammad Saw tetap 12 Rabiul Awal. Tahun ini bertepatan 19 Oktober 2021 M. Hari libur peringatannya yang digeser menjadi 20 Oktober 2021 M," paparnya. Perubahan ini tertuang dalam Keputusan bersama Menag, Menaker, dan Menpan RB No 712, 1, dan 3 tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Bersama Menag, Menaker, Menpan dan RB No 642, 4, dan 4 tahun 2020 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama. Sebelumnya, perubahan juga dilakukan pada hari libur peringatan tahun baru hijriyah. Tahun barunya tetap 1 Muharram 1443 H, bertepatan 10 Agustus 2021. Namun, hari libur dalam rangka memperingatinya digeser menjadi 11 Agustus 2021. "Perubahan juga terjadi terkait cuti bersama dalam rangka Hari Raya Natal yang awalnya ditetapkan pada 24 Desember, akhirnya diputuskan untuk ditiadakan," tandasnya. Sumber Kemenag RI