Rabu, 10 Agustus 2016

Gerhana Matahari Cincin 1 September 2016

Sebuah peristiwa gerhana Matahari cincin bakal terjadi pada Kamis, 1 September 2016. Sayangnya, gerhana Matahari cincin ini nampak lebih jelas terlihat di Benua Hitam. Bagaimana dengan pengamatan di Indonesia? Akankah memungkinkan?






Sebuah gerhana Matahari bisa terjadi ketika Bulan lewat di antara Bumi dan Matahari, dengan demikian Bulan menutupi total atau sebagian Matahari yang menghadap ke Bumi. Sementara itu, gerhana Matahari cincin terjadi ketika diameter sudut Bulan lebih kecil dari Matahari, sehingga Bulan akan menghalangi sebagian cahaya Matahari dan menyebabkan bentuk Matahari terlihat seperti sebuah annulus (cincin).

Dikutip dari langitselatan.com, Bulan yang berdiameter 3.476 km, bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan elips sehingga jarak Bumi–Bulan bervariasi dari jarak rata-ratanya yakni 384.460 km. Variasi jarak Bumi–Bulan bisa mencapai maksimum 406.767 km dan jarak minimumnya adalah 356.395 km.

Kombinasi diameter Bulan dengan jarak Bumi–Bulan ini menyebabkan piringan Bulan di langit atau diameter sudut Bulan juga bervariasi dari 29'22" sampai dengan 33'31". Rata-rata ukuran diameter sudut Bulan adalah 31'5".

Pergerakan Bumi mengelilingi Matahari juga memiliki variasi jarak minimum dan maksimum karena Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Jarak rata-rata Bumi–Matahari adalah 149.597.871 kilometer. Akan tetapi pada kenyataannya, jarak Bumi–Matahari itu bervariasi antara 147.091.312 km saat di titik terdekat sampai dengan 152.109.813 km saat Bumi di titik terjauhnya dari Matahari. Hal ini membuat diameter sudut Matahari juga bervariasi dari 31′.46 hingga 32′.53.

Perbandingan diameter Matahari terhadap diameter Bulan sekitar ~400, sedangkan perbandingan jarak Bumi–Matahari terhadap jarak Bumi–Bulan antara 362 hingga 419 kali. Karena itu, perbandingan piringan Matahari atau diameter sudut Matahari dibanding diameter sudut Bulan atau piringan Bulan di langit berkisar antara 95% lebih kecil atau 110% lebih besar.

 Peristiwa gerhana Matahari cincin 1 September 2016 ini bertitik great eclipse di Tanzania, namun beberapa negara di Afrika Tengah seperti Gabon, Kongo, serta Madagaskar juga kebagian gerhana Matahari cincin.

Lokasi paling awal yang mendapat gerhana Matahari cincin ini akan dimulai pada sekitar pukul 13:13 WIB pada tanggal 1 September 2016. Titik maksimum gerhana Matahari cincin akan berlangsung pada pukul 17:01 WIB, dan puncak gerhana cincin akan berlangsung selama 3 menit dan 6 detik.

Namun, sayang sekali untuk fase gerhana Matahari cincin 1 September 2016 lintasannya tidak melewati wilayah Indonesia. Jadi kita pun harus cukup puas karena hanya bisa menyaksikan gerhana Matahari sebagian/parsial dengan persentase kurang dari 20%, alias secuil gerhana saja.

Di Indonesia sendiri, hanya daerah-daerah seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bengkulu dan Lampung yang dapat mengamatinya, itu pun hanya gerhana Matahari parsial yang persentasenya sangat kecil. Piringan Bulan hanya sedikit menggigit piringan Matahari seperti pada ilustrasi di bawah ini:
 
 
 
 Harus diketahui gerhana matahari 1 September 2016 terjadi hampir bersamaan dengan terbenamnya Matahari di Indonesia. Bahkan, di hampir seluruh wilayah Indonesia, Matahari sudah lebih dulu terbenam sebelum gerhana ini sempat terjadi.
Jika Anda berada di daerah-daerah di Indonesia yang kami sebutkan di atas yang dapat mengamati gerhana Matahari parsial ini, Anda dapat mulai mengamatinya menjelang senja, ketika Matahari siap terbenam di ufuk Barat. Mulailah mengamati pada pukul 17:30 WIB, pada saat itu Bulan mulai menggigit bagian bawah kiri Matahari hingga Matahari terbenam.

Lokasi yang disarankan untuk mengamati gerhana Matahari parsial 1 September 2016 adalah pantai atau lokasi yang tinggi, seperti di lantai gedung paling atas, hal ini agar Anda dapat melihat Matahari yang sudah di bawah 10 derajat saat gerhana berlangsung.
Pengamatan gerhana Matahari parsial di Indonesia pada 1 September 2016 juga disarankan menggunakan kacamatan khusus berfilter Matahari, walau sebenarnya Matahari sudah tidak terlalu silau ketika gerhana Matahari parsial terjadi karena kedudukannya sudah terlalu rendah di atas cakrawala. Tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga, bukan?
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar