Rabu, 27 April 2016

'Mangan Ora Mangan Kumpul' Teater Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK)



Project Rupa Tumbuh 'Mangan Ora Mangan Kumpul' Ruang Seni Rupa Eds April-Mei 2016.
Seniman:
1. Akbar Fahrizal AR (Akbar) - Teater
2. Iqro Akhmad Ibrahim (Iqro) – Seni Rupa
3. Marta Karisma Lelina (Marta) – Seni Rupa
4. Thoriq Dwi Prayitno (Thoriq) - Musik

Mengundang rekan-rekan semua untuk datang berinteraksi bersama,
pada:
1. Kamis, 28 April 2016: pukul 14.00 – 16.00 WIB
2. Selasa, 3 Mei 2016: pukul 14.00 – 16.00 WIB
3. Selasa, 10 Mei 2016: pukul 14.00 – 16.00 WIB
4. Jumat, 13 Mei 2016: pukul 14.00 – 16.00 WIB
PRESENTASI HASIL AKHIR karya rupa MANGAN ORA MANGAN KUMPUL
Jumat, 20 Mei 2016 pukul 19.30 WIB

 Ruang Seni Rupa April-Mei ini mengangkat sebuah falsafah Jawa Mangan Ora Mangan Kumpul. Pemaknaan asli dari falsafah mangan ora mangan kumpul adalah lebih baik tetap berkumpul dengan keluarga dan kerabat di desa (daerah asal) daripada harus pergi memisahkan diri untuk mencari makan. Kebersamaan atau kekebaratan menjadi faktor yang lebih penting dibanding persoalan lainnya; pengutamaan nilai kekeluargaan. Namun sekarang orang-orang Jawa juga sudah banyak mencari nafkah dan melanjutkan hidup di daerah-daerah luar Jawa, bahkan luar Indonesia.

 Perkembangan teknologi, terutama di bidang informasi, juga mengubah makna berkumpul serta pola interaksi itu sendiri. Pertemuan secara fisik, dalam beberapa hal, sudah mulai banyak digantikan dengan pertemuan tidak langsung alias melalui dunia maya dengan bantuan teknologi tersebut. Sebagai konsekuensinya cara memahami serta memaknai kebersamaan juga mengalami perubahan.

Aktifitas makan itu sendiri, selain fungsinya yang personal yaitu mempertahankan hidup, dalam banyak kebudayaan juga menjadi salah satu cara untuk merayakan kebersamaan. Dalam acara-acara bersama, terutama untuk merayakan atau memperingati peristiwa-peristiwa yang menyenangkan atau membahagiakan, baik dalam skala keluarga ataupun yang lebih luas, aktifitas makan sering menjadi sebagai bagian yang tak terpisahkan.

Santapan yang disajikan dalam acara-acara makan sebenarnya juga menjadi cerminan atas kebersamaan karena unsur-unsur yang ada di dalamnya berasal dari berbagai tempat dan merupakan hasil kerja dari banyak orang.

Berangkat dari pemahaman di atas, RSR, bersama dengan mitra masyarakat, kali ini akan melakukan proses refleksi mengenai makna kebersamaan dalam situasi sekarang. Tentang cara kita memaknai kebersamaan sebagai satu kesatuan keluarga besar, masyarakat bangsa dan dunia, melalui aktifitas makan yang kita lakukan sehari-hari serta bahan makanan yang selama ini sering terlewat dari perhatian kita.

 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Ds. Kembaran Rt.04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY
Tel./Fax.: +62(0)274/ 414-404

Selasa, 19 April 2016

Festival Pantomime 2016 Digelar 22-23 April di Yogyakarta

Taman Budaya Yogyakarta (TBY) akan menyelenggarakan Festival Pantomime 2016 akhir pekan ini. Dibuka pada Jumat (22/4), festival berlangsung hingga Sabtu (23/4) mendatang di Concert Hall, TBY.





Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Diah Tutuko Suryandaru mengatakan festival ini merupakan gagasan untuk mengembangkan seni pantomime yang ada di Yogyakarta. "Karena pantomime adalah seni yang menggunakan gerak tubuh sebagai media ekspresi dan selama ini kurang diminati generasi muda," ucapnya, dalam keterangan pers, Selasa (19/4/2016).

 Dengan digelarnya Festival Pantomime 2016, Diah mengharapkan agar generasi muda mengenal dan tertarik untuk mengembangkan kesenian tersebut. "Pagelaran pantomime tahun ini bisa menjadi media pembinaan yang efektif bagi generasi muda," tukasnya.

Salah satu kelompok seniman yang terlibat adalah dari SD Muhammadiyah Sapen yang merupakan satu dari lima penampil yang bakal memeriahkannya. Sebanyak 75 siswa SD putra-putri kelas II-V akan membawakan cerita 'Radio Mbah Darmo'.

Diah melanjutkan, Taman Budaya Yogyakarta sebagai UPTD Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tugas sekaligus tanggung jawab untuk mengembangkan seni pertunjukan di Yogyakarta. Seni pantomime menjadi satu seni yang akan terus dikembangkan sehingga makin mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota budaya.

"Dengan tumbuh dan berkembangnya seni pantomime di Yogyakarta, niscaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan seni di Yogyakarta," tutupnya.

Berikut jadwal lengkap pementasan 'Festival Pantomime 2016':

Jumat, 22 April 2016, pukul 19.30 WIB
1. Sanggar Sapu Lidi (Wonosobo) dengan lakon berjudul 'Hijau Bumiku Hijau Negeriku'
2. Kelompok SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta dengan lakon 'Radio Mbah Darmo'

Sabtu, 23 April 2016, pukul 19.30 WIB
1. Dance Mime Community dengan lakon 'DIRIGENT'
2. Malmime-Ja & Mila Art Dance dengan lakon 'Perempuan di Titik Nol' (KM)
3. Deaf Art Community, dengan lakon 'Mencari Jatayu'

#TiaAgnes