Jumat, 13 November 2015

Gempa Harus Jadi Sahabat Warga Yogyakarta

Warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diminta bersahabat dengan gempa, karena DIY merupakan wilayah yang dekat dengan sumber gempa di laut maupun di darat sehingga potensi gempa akan terus terjadi.

 Gambaran sederhana diatas menunjukkan bahwa patahan Opak berupa patahan normal, dimana memiliki bidang yang miring kearah barat, dan dibagian atasnya terkubur dibawah endapan Merapi. Sehingga bidangnya tidak terlihat. Foto by rovicky


"Cara yang baik adalah hidup harmonis dengan gempa, caranya mengetahui apa itu gempa, penyelamatannya gimana, dan apa yang harus dipersiapkan jika terjadi gempa." kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, Toni Agus Wijaya, saat dihubungi Jumat (14/10/2015).
Toni mengatakan gempa adalah peristiwa alam wajar di DIY yang sudah terjadi sejak dahulu, karena DIY terletak di dekat sumber gempa tektonik yakni laut selatan atau Samudra Hindia yang merupakan daerah subduksi atau pertemuan dua lempeng tektonik utama.
Namun, di daratan juga terdapat patahan. Gempa daratan atau disebut gempa tektonik merupakan gejalan alam yang tidak memiliki karakter tertentu sehingga tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi.
Hal itu berbeda dengan karakter gempa vulkanik dari gunung yang mudah diprediksi. "Gempa tektonik peristiwa tiba-tiba berupa pelepasan energi yang terkumpul dari bebatuan,” ujarnya.
Meskipun demikian, Toni meminta warga tidak perlu panik. Yang pelu dilakukan adalah mengetahui cara penyelamatan. Warga DIY, kata dia, perlu mencontoh Jepang, yang sudah bersahabat dengan gempa, meski gempa di Jepang lebih dekat dengan sumber gempa, bahkan sumber gempa Jepang ada di daratan.
BMKG DIY mencatat sejak tiga bulan terakhir sudah terjadi 15 kali gempa di DIY dan intensitas gempa meningkat, baik gempa yang berpusat di darat maupun laut. "Tapi skalnya relatif kecil, antara 2-5 skala richter,” tuturnya.
Menurut Toni, dari lima belas kali gempa sejak Agustus, gempa pada Rabu (11/11/2015) lalu yang berpusat di Bantul merupakan gempa terbesar dengan kekuatan 5,6 skala richer (SR). Gempa itu diakuinya cukup kuat dirasakan terutama oleh warga di bagian selatan DIY.
Gempa Bantul, menurutnya, juga dirasakan sampai Bandung, Jawa Barat dan Kediri, Jawa Timur meski goncangan yang dirasakan kecil, karena semakin jauh dari pusat gempa, goncangan akan semakin pelan.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Agus Winarto mengatakan, sejumlah bencana yang berpotensi terjadi di antaranya adalah gempa, banjir, tanah longsor dan angin kencang.
"Bencana tidak bisa diprediksi sehingga yang bisa dilalukan adalah menyiapkan warga untuk selalu waspada jika sewaktu-waktu terjadi bencana," tuturnya.
Saat ini, Yogyakarta sudah memiliki 55 kampung tangguh bencana yang ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dan meningkatkan kemampuan mitigasi bencana di masyarakat. #Wilujeng Kharisma/Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar