Selasa, 30 Juli 2019

Jogja Cross Culture Mengundang Wisatawan di Titik Nol



Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki agenda baru bernama Jogja Cross Culture yang bakal dihelat akhir pekan ini, di kawasan wisata Titik Nol Kilometer pada Sabtu-Minggu, 3-4 Agustus 2019.
Jogja Cross Culture merupakan pilot project gerakan komunitas budayawan dan seniman muda yang difasilitasi pemerintah kota sebagai respon dikukuhkannya Yogya sebagai Kota Budaya ASEAN periode tahun 2018-2020.
Pengukuhan itu sendiri dilakukan saat Forum ASEAN Ministers Responsible for Culture and Art 2018 lalu, "Merespon pengukuhan itu kami menggandeng komunitas budayawan- seniman muda menyusun program Jogja Budaya," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharsono 29 Juli 2019.
Berbagai kegiatan program Jogja Budaya telah disusun. Elemen masyarakat dari 14 Kecamatan Kota Yogya akan terlibat langsung dalam beberapa rangkaian kegiatannya.
Seperti pembuatan jenang khas Kota Yogyakarta yang diberi nama jenang golong gilig yang akan dilansir pada acara tersebut. Juga kolaborasi menampilkan tari modern njoged njalar di kawasan Titik Nol Kilometer.
Selain itu ada kegiatan bertajuk Historical Trail Njeron Benteng. Aktivitas yang terbuka untuk umum ini mengajak pesertanya menyusuri tempat-tempat bersejarah Njeron Benteng atau dalam beteng Keraton Yogya.
Eko mengatakan program yang digarap tetap mengusung semangat Gandeng Gendong, yakni program pemberdayaan yang jadi jargon pemerintah kota Yogya.
Gandeng Gendong merupakan pemberdayaan dengan filosofi gotong royong berbagai elemen masyarakat yang terbagi menjadi 5K yakni Kota, Kampung, Kampus, Komunitas dan Korporat.
Khususnya bagi Yogya, elemen ini ditambah dengan satu lagi elemen yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Kegiatan ini mengetengahkan hakikat kebudayaan di Yogyakarta. Budaya yang sudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman tetapi ruhnya tidak berubah," ujar Eko.
Lintas budaya akan dipresentasikan pada hari pertama Jogja Cross Culture yakni pada 3 Agustus 2019 lewat penampilan Wayang Kota. Ini merupakan kolaborasi Wayang Ukur yang diperkenalkan oleh maestro wayang Sigit Sukasman dengan lima dalang generasi milenial. Pada kesempatan ini, mereka akan menampilkan lakon Kancing Jaya.
Puncak Jogja Cross Culture menyajikan pertunjukkan Historical Orchestra dan Cross Culture Performance yang mengharmonisasikan seni karawitan, musik orkestra, kor, dan seniman-seniman Jogja yang berkolaborasi dengan seniman internasional dalam satu panggung.
Adapun representasi akar budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dihadirkan lewat Tepas Keprajuritan, akan berpartisipasi juga di Cross Culture Performance.
Elemen komunitas juga berbicara banyak pada program ini, selain komunitas seni musik, tari, visual, juga bergabung pada program ini komunitas permainan traditional, multimedia, dan forum-forum masyarakat online.
Program Jogja Budaya yang diwujudkan dalam perhelatan Jogja Cross Culture ini dikonsep menjadi gerakan seluruh elemen masyarakat. Tujuannya untuk membentuk kesadaran: jika budaya bukanlah sebuah komoditas melainkan cara hidup yang tumbuh dan berkembang pada sebuah kelompok, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sehingga titik tekan program ini agar budaya itu hidup dan menghidupi. Gerakan pembinaan dan penguatan budaya di kelompok-kelompok inilah yang sebenarnya menjadi focal point.
Program Director Jogja Cross Culture RM Altiyanto Henryawan
mengatakan harapannya lewat kegiatan ini terjadi saling silang budaya yang kemudian menciptakan sebuah melting pot budaya dalam satu kota, "Jadi tepat kiranya Yogya menjadi bagian dari Kota Budaya Dunia,” ujarnya.



Reporter: Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor: Ludhy Cahyana 
Tempo.Co