Rabu, 20 Maret 2019

#BMKG: Siklon Veronica Muncul di Samudra Hindia, DIY Kembali Terancam Hujan Lebat



Great pic by @anggunwinursito

#Jogjakarta - Siklon Tropis Savannah, yang memicu hujan lebat di DIY pada Sabtu (16/3/2019) hingga Minggu (17/3/2019), telah menjauh dari Samudra Hindia. Saat ini muncul Siklon Tropis Veronica yang terdeteksi berada di wilayah samudera Hindia. Siklon ini sama bahayanya dengan Savannah.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogja Djoko Budiono menjelaskan berdasarkan pantauan BMKG Staklim Jogja, Veronica muncul di sebelah barat Australia, tepatnya sisi selatan Bali, Samudera Hindia.
Siklon Savannah, kata Djoko, saat ini sudah punah dan hanya berupa tekanan rendah. Siklon Savannah sudah tidak terlalu berpengaruh untuk cuaca di DIY.
“Nah untuk Siklon Veronica ini diprediksi akan memengaruhi cuaca di wilayah DIY. Sama-sama berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat [laiknya Savannah],” katanya kepada Harian Jogja, Rabu (20/3/2019).

Siklon Veronica memengaruhi terbentuknya palung tekanan rendah di selatan Jawa. Hal ini bisa berpotensi menimbulkan hujan lebat, terutama di bagian selatan Jogja.
Selain itu, Siklon Veronica akan membentuk area konvergensi atau pertemuan (perlambatan) angin. “Dengan demikian akan menimbulkan pembentukan awan awan hujan di DIY,” ucap Djoko.
Saat ini, berdasarkan hasil pantauan BMKG suhu permukaan laut di perairan Selatan DIY mengalami kenaikan. Tingkat suhu laut naik mencapai antara 28 hingga 30 Celsius.
“Melihat kondisi di atas diprediksi hingga 2-3 hari ke depan untuk wilayah DIY sebagian besar masih akan diguyur hujan kategori sedang hingga lebat dan dapat disertai angin kencang dan petir,” kata dia.

BMKG mengingatkan masyarakat selalu mewaspadai munculnya cuaca ekstrim yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang dan lainnya.

Sekretaris Daerah Pemda DIY Gatot Saptadi mengatakan imbuaun dari BMKG sudah sering disiarkan sebelum muncul cuaca ekstrem seperti akibat Siklon Tropis Savannah beberapa hari lalu. Dia mengharapkan imbauan-imbauan tersebut diindahkan agar masyarakat bisa siap menghadapi segala potensi dan resiko bencana yang mungkin terjadi. “Jadi setiap ada imbauan kami harap masyarakat bisa mengikutinya.”

#harianjogja #prakiraancuaca #bmkg #jogja

Jumat, 08 Maret 2019

Ternyata di tempat ini Sultan HB X dan GKR Hemas pertama bertemu

Siapa sangka jika pertautan hati mereka awalnya terjadi dari sebuah warung.

 


Sebagai raja sekaligus Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi sosok yang begitu besar perannya bagi masyarakat Yogyakarta. Istrinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas juga punya peran yang besar dalam mendukung Sultan HB X memerintah DI Yogyakarta. Hubungan mereka pun terlihat adem ayem tanpa berita negatif. Tapi siapa sangka jika pertautan hati mereka awalnya terjadi dari sebuah warung bakmi di daerah Rotowijayan Yogyakarta.

Bakmi menjadi makanan yang sangat khas di Yogyakarta. selain dikenal dengan gudegnya, Yogyakarta juga dikenal dengan bakmi Jawanya yang khas. Setiap malam, warung bakmi dengan mudah ditemui di jalan-jalan daerah Yogyakarta. tapi siapa sangka jika warung bakmi juga menjadi tempat yang bersejarah bagi Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas, istrinya.

Warung bakmi ternyata menjadi tempat di mana mereka pertama bertemu yang membuat hari mereka akhirnya saling bertaut. Hal itu terungkap dari unggahan Fanpage Kraton Jogja beberapa waktu lalu.



"Masih terkenang perjumpaan pertama Sri Sultan HB Ka 10 dengan GKR Hemas muda. Diakui, perjumpaan terjadi di sebuah warung bakmi di daerah Rotowijayan. Keluarga GKR Hemas memang banyak tinggal di daerah sekitar keraton (Suronatan)," tulis Fanpage Kraton Jogja seperti dikutip brilio.net, Jumat (22/4).

Pertemuan itu ternyata membuat hati Herjuno Darpito, nama muda Sultan HB X, tertaut pada GKR Hemas yang punya nama asli Tatiek Dradjad Supriastuti. Keluarga pun ternyata mendukung perkenalan mereka lebih jauh.

"Seiring berjalannya waktu, Mas Herjun bersama ayahanda menyatakan pinangan di kediaman orang tua GKR Hemas di kawasan Cipete, Jakarta Selatan," lanjut Fanpage Kraton Jogja menjelaskan.

Berawal dari perjumpaan tersebut, hingga kini keduanya telah bersatu mengarungi bahtera kehidupan selama lebih dari 45 tahun. Mereka telah dikarunia 5 putri, yakni GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara.

Wah nggak nyangka jika pertemuan mereka berawal dari sebuah warung bakmi. Nah, untuk mengenang hubungan muda Sultan HB X dan GKR Hemas, berikut foto-foto keromantisan mereka yang diambil brilio.net dari Fanpage Kraton Jogja.


Sultan HB X dan GKR Hemas muda.
 




 Foto bersama para putri.


Foto bersama para putri, menantu, dan cucu. 

( Foto : Kraton Jogja )

#Kratonjogja  

Sabtu, 02 Maret 2019

Kantor Sultan Yogyakarta Diserbu Belanda

Tentara Belanda mengobrak-abrik Kepatihan Danurejan. Mereka mengangkut banyak barang dan surat-surat penting termasuk skripsi Sultan.

 

Relief pertemuan Sultan Hamengku Buwono IX dan Mayor Jenderal Meyer pada 3 Maret 1949 di Monuman Yogya Kembali.


Tentara Belanda mencium adanya rapat merencanakan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kepatihan Danurejan. Maka, esok harinya, mereka menyerbu kantor Sultan Hamengku Buwono IX itu.
Mula-mula mereka mendatangi kantor sekretariat Dewan Pertahanan Daerah yang menempati ruangan di sebelah barat bangsal Kepatihan. Tempat ini diobrak-abrik dan para pegawainya ditawan. Setelah itu, mereka mengobrak-abrik seluruh kantor.

“Banyak barang diangkut oleh tentara Belanda, menurut Hamengku Buwono IX termasuk surat-surat penting, naskah skripsi yang disusun ketika belajar di Negeri Belanda, dan juga rencana lengkap dari demokratisasi desa sebagaimana telah diterapkannya pada akhir zaman Jepang di Yogyakarta,” demikian tercatat dalam Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX.
Sultan kemudian protes kepada Mayor Jenderal Meyer, panglima pasukan Belanda: “Kejadian di kantor Kepatihan beberapa hari yang lalu telah sangat menyinggung kehormatan saya. Anak buah Anda telah bersikap sangat tidak sopan dan mengadakan perampokan.”

“Soal Kepatihan itu bukan instruksi saya,” kata Meyer.
“Apalagi jika tanpa instruksi, berarti anak buah Anda berbuat di luar perintah dan indisipliner. Dan sekarang ini pun hal yang sama dapat tuan lakukan di Keraton saya karena tuan bersenjata dan saya tidak. Akan tetapi sebelum tuan melakukan itu, tuan harus membunuh saya dulu,” tegas Sultan.
Mendengar perkataan tersebut, Meyer dan tujuh orang rekannya gagal menundukkan Sultan untuk mengajaknya bekerja sama dengan Belanda.